Page 46 - Tiga ksatria dari Dagho
P. 46

laki-laki satu-satunya, ayah Tomatiti, berpamitan hendak
            melaut. Ternyata pertemuan itu adalah pertemuan terakhir
            bagi mereka.

                    “Nek, lalu bagaimana caranya biar tidak diganggu
            Ompung?” tanya Tomatiti sambil mengusap air matanya.

                    “Kita serahkan saja segalanya kepada Tuhan. Kalau

            malam purnama datang, kita berdoa saja kepada Tuhan.
            Mudah-mudahan  kita dilindungi  dari  gangguan  Ompung
            yang jahat itu.”

                    “Benar juga ya, Nek.”

                    “Ya,  memang  harus begitu. Sebagai  umat
            beragama, kalau kita memperoleh cobaan atau gangguan,
            kita serahkan  saja kepada  Tuhan.  Tuhan  pasti akan

            melindungi kita. Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih dan
            Maha  Penyayang?”  kata si nenek sambil  membersihkan
            sisa-sisa makanan yang tercecer. Sementara itu, Tomatiti

            mengangkat  piring-piring  yang  kotor dan  dibawanya  ke
            dapur  untuk  dicuci.  Neneknya  mengikuti  dari  belakang.
            Dari dapur terdengar nenek dan cucu itu kini sudah dapat
            tertawa lagi. Mereka sudah tidak sedih lagi.
















                                         39
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51