Page 45 - Tiga ksatria dari Dagho
P. 45

“Maksud Nenek?” tanya Tomatiti semakin penasaran.

                    “Ya, menurut cerita teman-teman ayahmu, sewaktu
            ayahmu berlayar mencari ikan bersama teman-temannya,
            tiba-tiba badai datang. Mereka tidak ada yang membawa
            botol.  Ketika  Ompung  datang,  mereka  tidak  bisa

            menyelamatkan diri. Beberapa orang bisa menyelamatkan
            diri,  tetapi  lebih  banyak  yang  terbawa  ombak.  Bahkan,
            jasadnya  tak ditemukan,  termasuk ayahmu.  Begitulah
            ceritanya.”

                    “Apa tidak ada yang berusaha mencarinya?” tanya

            Titi.

                    “Sudah, para nelayan di desa ini pada pagi harinya
            semua turun  ke laut.  Namun,  tidak  membawa hasil.
            Hanya dua orang yang ditemukan dalam keadaan sudah
            meninggal. Ibumu malah setiap hari menunggu di pinggir
            laut, tetapi tak ada hasilnya juga.”


                    “Kata Nenek, tadi malam itu malam Ompung, apa
            maksudnya, Nek?”

                    “Ya, Ompung sering muncul di saat bulan purnama,
            seperti tadi  malam.  Tidak  kelihatan  ada  bulan  karena
            mendung saja. Nah, sekarang orang-orang desa ini percaya

            tentang Ompung. Mereka tidak berani melaut kalau bulan
            sedang purnama.”

                    Nenek Tomatiti menghentikan ceritanya. Dipeluknya
            cucunya erat-erat. Mereka lama  berpelukan.  Wanita tua
            itu kembali teringat sepuluh tahun silam.  Saat itu anak

                                         38
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50