Page 28 - Raja Rokan
P. 28
“Sudahlah! Tenangkanlah dirimu, Teman! Apa yang kau
risaukan?”
Tiba-tiba Sutan Seri Alam datang. Penjaga gubuk itu mencoba
menjelaskan mengapa mereka ketakutan. Sutan Seri Alam
tersenyum. Ia menepuk punggung penjaga itu sambil berbisik.
“Ya, sudah! Hati-hatilah!” Kalian harus menjaga gubuk ini
sampai esok hari.”
“Baik, Sutan, hamba siap menunggui mereka.”
Kegaduhan sudah mereda. Kini giliran para penjaga gubuk
yang harus waspada. Tiba-tiba muncul dua sosok bayangan orang
menyelinap dari balik pohon randu. Ternyata mereka itu adalah
Sutan Bagindo dan Bujang Muda. Kedua orang itu mengawasi
keadaan di sekitar gubuk dari atas pohon. Bujang Muda bersila
di atas dahan dan duduk dengan tenang. Setelah berkonsentrasi,
ia mulai membaca mantra. Ia ingin menjinakkan seluruh binatang
buas penghuni hutan itu. Mahmud Badarudin juga membaca
mantra.
Mantra yang mereka baca ternyata sangat manjur.
Suasana malam kembali tenang dan hening. Harimau dan
binatang buas lainnya pergi menjauh dari tempat itu. Para penjaga
gubuk yang bertugas telah mematikan sebagian api unggun. Sutan
Seri Alam mencoba tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu
dengan seorang pria tua berjenggot putih dan berjubah putih.
Dalam mimpinya ia juga didatangi ular. Ular itu tersenyum dan
berpesan, “Hai, Anak Muda! Aku adalah Aji Panalihan. Ular yang
kau tangkap tadi jangan kau bunuh, ya!”
Setelah mendengar pesan itu, Sutan Seri Alam berjanji
akan mematuhinya. Ia terbangun dari tidurnya. Namun, ia tidak
menceritakan mimpinya itu kepada kawan-kawannya. Ketika
matahari pagi mulai memancarkan sinarnya, Sutan Seri Alam
mengutus beberapa orang untuk melihat ular yang dikurung di
keranjang bambu.
21