Page 29 - Raja Rokan
P. 29
Mereka tercengang karena tidak lagi melihat ular itu. Keranjang
telah kosong. Sutan Seri Alam ikut menyaksikan kejadian itu.
“Aneh, pintu keranjang masih tertutup. Dinding keranjang
tidak ada yang rusak. Lewat mana binatang itu?” ujar Sutan Seri
Alam.
“Sudahlah! Kita lupakan saja kejadian ini.”
Sambil berkata Seri Alam bepikir, “Apakah kejadian ini ada
hubungannya dengan mimipiku tadi malam? Mungkinkah ular
itu penjelmaan dari penunggu hutan ini? Aku berharap semoga
perjalanan kami selamat.”
Sutan Seri Alam sejak kejadian itu sering merenung. “Betapa
bodohnya aku. Ibu menyuruhku berguru kepada Sutan Pamuncak,
tetapi aku menolaknya. Sekarang aku sadar. Sebenarnya masih
banyak bekal yang belum kumiliki untuk pergi merantau. Ternyata
harta dan tekad saja tidak cukup. Aku harus memiliki ilmu silat
yang cukup tinggi dan ilmu kepemimpinan.”
Sejak saat itu ia berguru kepada tiga orang kawannya yang
pendekar itu.
Pada malam berikutnya, Sutan Seri Alam mengumpulkan
kawan-kawannya. Dalam pertemuan itu, ia mencetuskan
gagasannya. Sutan Seri Alam mengajak anggota rombongan
berguru kepada Mahmud Badarudin, Sutan Bagindo, dan Bujang
Muda karena mereka bertiga sudah bersedia dan dengan senang
hati akan mengajarkan ilmunya kepada anggota rombongan yang
lain. Kaum wanita pun bersemangat ingin mengikuti pelajaran itu.
Sambil meneruskan perjalanan, mereka mencari hunian
tetap. Ketika sampai di tanah datar yang di dekatnya ada sungai,
mereka berhenti. Di pinggir sungai itu banyak tumbuh pepohonan
yang rindang sehingga terasa sejuk walaupun sinar matahari
menyengat. Mereka melepaskan lelah di bawah pepohonan itu.
Setelah berunding tentang tempat untuk beristirahat, mereka
sepakat membangun gubuk. Mereka lalu berbagi tugas.
22