Page 32 - Raja Rokan
P. 32
Bujang Muda segera kembali ke pedepokan. Gubuk tempat
menyimpan perbekalan hangus terbakar. Di sana hanya ada
Mahmud Badarudin dan beberapa penghuni pedepokan. Peristiwa
itu menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Mahmud
Badarudin memaki dan mengejek seorang kawannya. Malin
Panjang yang selalu menganggap dirinya paling pintar malam itu
tampak tidak berdaya.
“Kau memang hanya pandai membual. Mana kepandaianmu?
Jangan sombong! Saat ini kita sedang diuji. Raja kita hilang dan
kau tidak berani membuntuti kepergian mereka.” Demikian kata
Mahmud Badarudin.
“Sudahlah! Jangan saling menyalahkan. Apa masalahnya?”
Tanya Bujang Muda.
Salah seorang dari mereka menjawab, “Setelah mengakui
bahwa dirinya pangeran, ia bertempur melawan raja perampok.
Terpaksa Sutan Seri Alam melawan. Tiba-tiba muncul empat
orang kawanan perampok itu membawa lari pangeran dan Sutan
Bagindo. Mereka menganggap Sutan Bagindo itu adalah Pangeran.”
Mahmud Badarudin termenung menyesali dirinya. Ia sangat
mengkhawatirkan kedua kawannya yang diculik perampok
sehingga suasana di pedepokan menjadi resah.
Sebelum pergi, kepala perampok berteriak, “Jika kalian masih
sayang pada pimpinanmu, serahkan seluruh harta benda kalian.
Aku tunggu di sarangku di Bukit Bajang Ratu.”
Para pesilat anggota pedepokan Elang Putih terdiam. Mereka
tidak berani melawan perampok itu karena di antara mereka
banyak wanita dan anak kecil. Para wanita mengobati pendekar-
pendekar yang luka-luka.
Para perampok belum sampai ke Bukit Bajang Ratu. Akan
tetapi, seorang pertapa berjubah putih menghadang. Ia merebut
Sutan Seri Alam dari tangan perampok itu.
25