Page 34 - Raja Rokan
P. 34

Sutan  Seri  Alam  hanya menuruti kata  pertapa  tua  itu.  Ia
            baru  menyadari bahwa  kakek itulah  yang  sering  menjumpai
            dirinya dalam mimpi. Namun, Pangeran itu tetap tabah dan teguh
            pendiriannya. Ia tidak mau kembali ke  Pagaruyung.

                Aji Panalihan  menyadari bahwa pendirian  Sutan  Seri Alam
            sangat  keras. Oleh  karena itu,  ia berpesan, “Jika  seperti itu
            pendirianmu, kau  harus tinggal  di sini selama  beberapa  waktu
            untuk  belajar  ilmu  kesaktian  dariku.  Hanya  dengan  ilmu  itulah
            kelak kau dapat hidup mandiri.”

                “Hamba bersedia mematuhi perintah Guru. Hamba bertobat
            dan berjanji tidak akan bertindak sewenang-wenang seperti dulu.”
                Sambil  meneteskan  air mata,  Sutan  Seri Alam  bertobat  di
            hadapan gurunya itu.

                Setelah sembuh luka-lukanya, ia belajar ilmu bela diri kepada
            pertapa itu. Sutan Seri Alam cepat menangkap keinginan gurunya.
            Kepandaiannya  makin  meningkat  dan  ia  cepat  menguasai  ilmu
            wisa naga dan ajian sapu angin.
                Setiap malam saat menjelang tidur Sutan Seri Alam teringat
            kepada ibunya. Untuk  itu, ia senantiasa  memohon ampun
            kepada Tuhan atas kesalahannya pada masa lalu dan tidak lupa
            mendoakan ibunya agar tidak bersedih memikirkan dirinya.

                Sementara  itu,  dengan  susah payah Sutan  Bagindo  berhasil
            menyusul ke pertapaan itu. Kedatangan Sutan Bagindo disambut
            dengan gembira oleh sahabat karibnya. Sambil berjabat tangan,
            Sutan Seri Alam berbisik kepada Sutan Bagindo.

                “Terima kasih, ternyata kau masih setia kepadaku. Aku berjanji
            tetap akan melanjutkan perjuangan kita.”

                Akhirnya, Aji Panalihan mengangkat Sutan Bagindo sebagai
            muridnya. Dengan cepat ia mengusai seluruh jurus yang diajarkan
            oleh Aji Panalihan.  Setelah cukup ilmu yang diberikan,  Aji
            Panalihan  melepas  kepergian  dua  pemuda  itu  sambil  berpesan
            agar mereka jangan cepat berputus asa.


                                         27
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39