Page 48 - Raja Rokan
P. 48
Pada hari yang keempat terdengar suara rombongan datang.
Kelima orang itu segera mempersiapkan diri menyambut
kedatangan temannya. Gubuk sudah tersedia. Masakan yang sedap
rasanya juga telah tersaji. Mereka bergembira ria mensyukuri
rahmat Tuhan.
Sutan Seri Alam mengajak mereka bersujud kepada Tuhan
sebagai rasa syukur. Setelah itu, mereka bersenang-senang hingga
larut malam. Di antara mereka ada yang menari dan ada pula
yang menyanyi bersama. Keesokan harinya sebelum orang-orang
terbangun, Sutan Seri Alam keluar dari gubuk. Ia menyendiri di
tempat yang cukup tenang untuk merenung. Sutan Seri Alam
teringat kepada keluarganya yang berada di Pagaruyung dan
menyadari bahwa selama ini keluarganya pasti mendoakan
keselamatannya. Oleh karena itu, ia berdoa agar suatu ketika bisa
bertemu kembali dengan mereka.
“Ibu, maafkan segala kenakalanku di masa lalu. Aku tidak
bermaksud mengecewakan hati Ibu. Percayalah Ibu, aku bertekad
menjadi pemimpin yang baik meskipun jauh dari Kerajaan
Pagaruyung.” Begitulah bisiknya, seolah-olah ia sedang berjanji di
hadapan ibunya.
Menjelang siang hari mereka berunding merencanakan
pembangunan istana. Mereka sepakat untuk membangun istana
baru yang megah dan besar, seperti Istana Pagaruyung. Untuk
itu, mereka berbagi tugas. Laki-laki yang berbadan tegap ditugasi
menebang pohon di sekitar tempat itu untuk dijadikan bahan
bangunan. Istana yang akan dibangun atapnya terbuat dari kayu
sirap dan berbentuk tanduk kerbau. Mereka juga berkeinginan
membangun balairung yang luas agar seluruh warga tertampung
di istana itu.
Sutan Seri Alam tersenyum mendengar cita-cita mereka. Ia
selalu berunding dengan anak buahnya dalam pembangunan
istana itu. Mereka berharap agar cita-cita luhur itu bisa terwujud.
41