Page 38 - 1. Modul Wawasan kebangsaan dan Nilai BN
P. 38

pergolakan  politik  dalam  negeri.  Pembentukan  lembaga-lembaga  kenegaraan
                     ternyata juga belum berhasil, mengingat usaha untuk mengokohkan negara kesatuan
                     mendapat  tantangan  dari  pihak  Belanda  melalui  agresi-agresi  yang  dilancarkannya
                     dalam usaha menanamkan kembali imperialisme.

                     Penyerahan kekuasaan oleh sekutu kepada pemerintah Belanda setelah Perang Dunia
                     II  dijadikan  momentum  untuk  melakukan  serangkaian  kegiatan  untuk
                     menghancurkan pemerintah negara Republik Indonesia yang sah. Pada tanggal 3 Juli
                     1946 bertenpat di Yogyakarta, kekuasaan atas Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil dan
                     Maluku diserahkan oleh sekutu kepada pemerintahan Hindia Belanda. Demikian juga
                     pada tanggal 7 – 8 Desember 1946, telah dibentuk Negara Indonesia Timur di bawah
                     kekuasaan Belanda (Muhamad Yamin, 1960).

                     Agresi Belanda terus  berlanjut dengan tindakan polisional yang pertama dilakukan
                     pada tanggal 21 Juli 1947 dan yang kedua pendudukan Yogyakarta pada tanggal 19
                     desember  1948.  Selama  perang  melawan  agresi  Belanda  tersebut,  telah  dilakukan
                     beberapa  kali  persetujuan  antara  pihak  Belanda  dengan  pihak  negara  Republik
                     Indonesia,  antara  lain  persetujuan  Linggarjati  25  Maret  1947  dan  persetujuan
                     Renville. Kesemuanya ini berakhir dengan terbentuknya negara-negara bagian yang

                     bertujuan  untuk  memperlemah  negara  Indonesia,  sehinga  mempermudah
                     pemerintah Belanda untuk menguasai dan menanamkan kembali kekuasannya.

                     Dengan  terbentuknya  negara-negara  bagian  tersebut  sebagai  negara  boneka,  pada
                     akhirnya  terbentuk  negara  serikat  pada  tahun  1949.  Dengan  sendirinya
                     penyelenggaraan  negara  berdaasrkan  UUD  1945  dalam  Negara  Kesatuan  Republik
                     Indonesia  yang  diproklamirkan  pada  tanggal  17  Agustus  1945  menjadi  terhambat
                     atau  terputus.  Pada  saat  itu,  UUD  1945  hanya  berlaku  dalam  negara  Republik
                     Indonesia  sebagai  salah  satu  negara  bagian  yang  berkedudukan  di  Yogaykarta.
                     Prinsip  –  prinsip  negara  hukum  Pancasila  dan  UUD  1945  yang  menjadi  landasan
                     mekamisme  kenegaraan  Indonesia  yang  juga  merupakan  landasan  pokok  bagi
                     pengembangan  administrasi  negara  tidak  berjalan.  Pembentukan  hukum  maupun
                     pengembangan  perundang  –  undangan  yang  berdasarkan  Pancasila  dan  UUD  1945
                     belum dapat diwujudkan karena tatanan hukum yang berlaku masih tetap diwarnai
                     oleh hukum pada penjajah Belanda. Produk hukum dan perundang-undangan yang
                     dibentuk pada masa ini belum banyak yang menyangkut kepentingan umum dalam
                     usaha mewujudkan kesejahteraan rakyat.

                     Hubungan  Indonesia-Belanda  semakin  memburuk  setelah  agresi  kedua  tanggal  18
                     Desember  1948.  Atas  jasa  baik  Komisi  PBB  untuk  Indonesia,  telah  diadakan








                                                                                                           37
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43