Page 40 - 1. Modul Wawasan kebangsaan dan Nilai BN
P. 40

Pembentukan  negara-negara  bagian  menimbulkan  pertentangan  dalam  negara,
                     antara  lain  terjadi  antara  golongan  federalis  dan  kaum  republik.  Struktur  negara
                     federal tidak diterima oleh sebagian besar aliran-aliran politik yang sejak proklamasi
                     kemerdekaan  1945  menghendaki  bentuk  negara  kesatuan.  Pertentangan  tersebut
                     berakhir  dengan  diadakannya  persetujuan  antara  Negara  RIS  yang  menghasilkan
                     perubahan kepada bentuk negara kesatuan berdasarkan UUDS 1950 pada tanggal 17
                     Agustus 1950.

                     Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
                     rakyat  Indonesia  sesuai  dengan  amanah  mukadimah  KRIS  tidak  dapat  terealisasi.
                     Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan yang berumur sekitar tiga bulan tersebut,
                     pemerintahan  diwarnai  dengan  pertentangan  mengenai  bentuk  negara  Indonesia.
                     Administrasi negara tidak dapat menunjukkan peranan yang menonjol dalam upaya
                     menegakkan  negara  hukum  kepada  terciptanya  masyarakat  yang  sejahtera,  karena
                     pada masa itu aktivitas kenegaraan lebih banyak diwarnai oleh pertentangan politik
                     khususnya  mengenai  paham  bentuk  negara.  Dengan  demikian,  menurut  Marbun
                     (2001),  meskipun  KRIS  1949  menganut  paham  negara  hukum  dengan  tujuan
                     menciptakan  kesejahteraan  rakyat,  tetapi  administrasi  negara  tidak  memperoleh
                     tempat  untuk  mengambil  posisi  sebagai  sarana  hukum  yang  menjembatani

                     pemerintah  sebagai  adminsitratur  negara  yang  bertugas  menyelenggarakan
                     kesejahteraan  umum  dengan  rakyat  sebagai  sarana  dan  tujuannya.  Atau  dapat
                     dikatakan  bahwa  dalam  bidang  administrasi  negara  telah  terjadi  kevakuman  yang
                     disebabkan  oleh  adanya  pergolakan  dalam  bidang  politik  sebagai  usaha  untuk
                     menuju terciptanya kembali bentuk negara kesatuan sebagaimana diamanatkan oleh
                     Proklamasi 17 Agustus 1945.

                     Pada  tanggal  19  Mei  Tahun  1950  telah  disepakati  bersama  untuk  mewujudkan
                     kembali  negara  kesatuan  dengan  memberlakukan  Undang-Undang  Dasar
                     Sementara  (UUDS)  1950.  Dengan  UU  Federal  No.  7  Tahun  1970,  ditetapkanlah
                     UUDS 1950 berdasarkan pasal 190 KRIS 1950 untuk kemudian menjadi UUD Negara
                     Kesatuan  Republik  Indonesia  yang  mulai  berlaku  efektif  sejak  tanggal  17  Agustus
                     Tahun  1950.  Dalam  Undang-Undang  Dasar  tersebut,  tanpak  bahwa  pemegang
                     kekuasaan  tertinggi  dalam  negara  berada  ditangan  rakyat.  Akan  tetapi
                     pelaksanaannya  dilaksanakan  oleh  2  (dua)  lembaga  yaitu  Pemerintah  dan  DPR.
                     Kekuasaan di bidang eksekutif tetap merupakan wewenang penuh pihak pemerintah.
                     Berbeda  halnya  dengan  ketentuan  dalam  KRIS  1949  yang  menyatakan  bahwa
                     pemerintah adalah presiden dengan menteri-menteri, maka dalam UUDS 1950 tidak
                     terdapat ketentuan semacam itu.









                                                                                                           39
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45