Page 141 - FIKIH_MA_KELAS X_KSKK_2020
P. 141
3) Budak Murtad
Budak murtad juga tidak sah dijual kepada non muslim, karena orang
murtad masih terikat dengan Islam dengan adanya tuntutan untuk kembali pada
agama Islam.
b. Ma’qūd ‘alaih
Ma’qūd ‘alaih adalah komoditi dalam transaksi jual beli yang meliputi barang
dagangan (muṡman/mabī’) dan alat pembayaran (ṡaman). Syarat ma’qūd ‘alaih
ada lima: li al-‘Āqid wilāyah, ma’lūm, muntafa’ bih, maqdūr ‘alā taslīm, dan ṭāhir
(suci).
1) Li al ‘Āqid Wilāyah
Yaitu pelaku transaksi harus memiliki wilāyah (otoritas) atau kewenangan atas
ma’qūd ‘alaih. Otoritas atau kewenangan atas komoditi bisa dihasilkan melalui
salah satu dari empat hal:
a) Kepemilikan;
b) Perwakilan (wakālah);
c) Kekuasaan (wilāyah), seperti wali anak kecil, wali anak yatim, penerima
wasiat (waṣi);
d) Izin dari syariat, seperti penemu barang hilang dengan ketentuannya.
Pelaku transaksi yang tidak memiliki salah satu dari empat otoritas ini maka
jual beli yang dilakukan tidak sah secara hukum. Berdasarkan sabda
Rasulullah Saw.:
َ
ا
َ ْ َ
ُ ْ َ ْ
َ )دوادَوبأَهاور( َكلمتَاميفَلَِّاَعيبَلَّ َ
ِ
ِ
“ Tidak boleh menjual kecuali barang yang kamu miliki”. (HR. Abu
Daud)
2) Ma’lūm (diketahui/jelas)
Ma’lūm adalah keberadaan komoditi diketahui oleh pelaku transaksi
secara transparan. Pengetahuan terhadap komoditi bisa dihasilkan melalui
salah satu dari dua metode:
a) Melihat secara langsung;
b) Spesifikasi, dengan cara menyebutkan ciri-ciri komoditi baik sifat dan
ukurannya.
3) Muntafa’ Bih (bermanfaat)
Muntafa’ bih adalah barang yang memiliki nilai kemanfaatan. Adapun
FIKIH X 129