Page 91 - layout terbaru fiks.3 - PDF
P. 91

Hujan lebat turun dari langit-langit kelabu, mengecat kota dengan kelembutan rintik air.

               Di tengah kegaduhan hujan, ada seorang wanita bernama Maya yang berdiri di tepi jendela
               kamarnya,  menatap  butiran-butiran  hujan  dengan  mata  berbinar.  Wajahnya  dipenuhi  oleh

               senyum lembut, seolah-olah mendengar melodi cinta yang hanya terdengar oleh hatinya. Maya

               adalah seorang penulis lagu yang hidup di kota. Setiap kali hujan turun, dia merasa seperti ada
               sesuatu yang magis di udara. Di sudut hatinya, ada impian untuk menemukan cinta sejati yang

               bisa seperti melodi hujan yang lembut dan memikat.

                       Saat  sore,  ketika  hujan  turun  dengan  lebatnya,  Maya  memutuskan  keluar  dari

               apartemennya untuk mencari inspirasi menulis lagu baru. Di bawah payungnya yang berwarna
               biru, dia berjalan menyusuri jalanan yang mulai basah oleh air hujan yang menari-nari. Di

               perempatan  jalan,  pandangannya  bertemu  dengan  seorang  pria  yang  berlari-lari  mencoba

               menyingkir dari genangan air.

               "Mau berbagi payung?" tawar Maya dengan senyum ramah.


               Pria itu tersenyum, "Tentu, terima kasih."

               “Hendak pulang ke rumah? Atau mau pergi kemana?” tanya Maya.


               “Aku hendak pulang ke rumah, usai bekerja” jawab pria itu.


                       Maya dan pria itu, yang ternyata bernama Adrian, berjalan bersama di bawah payung
               biru. Di antara rintik hujan, tercipta percakapan ringan yang seolah-olah membuka lembaran

               baru  dalam  hidup  mereka.  Adrian,  seorang  fotografer  dengan  mata  yang  peka  terhadap
               keindahan,  menceritakan  kisah-kisah  di  balik  setiap  foto  yang  diambilnya.  Di  tengah

               percakapan mereka, hujan semakin deras disertai angin kencang, membuat mereka mencari

               tempat berteduh di bawah kanopi kafe kecil. Di sana, di bawah lampu-lampu dan hujan yang
               masih mengguyur di luar, mereka berdua semakin akrab satu sama lain.







                                                            91
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96