Page 23 - BUKU SAKU RINTAN FADHILAH
P. 23

BAB VIII


                                         NILAI TAMBAH PENDIDIKAN


               Analisis Nilai Tambah Pendidikan
               P
                      endidikan yang berkualitas merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu negara.
                      Untuk mencapai hal ini, negara harus menyediakan dana atau berperan sebagai sumber
                      utama dalam pembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan dapat dibedakan menjadi
               dua kategori: Pembiayaan Makro Pendidikan dan Pembiayaan Mikro Pendidikan. Pembiayaan
               makro mencakup seluruh wilayah atau negara secara luas, bersifat kompleks, menyeluruh, dan
               komprehensif.  Pendidikan  memberikan  nilai  tambah  bagi  individu  yang  mengikutinya.
               Individu  yang  berpendidikan  cenderung  lebih  dihargai  oleh  masyarakat  karena  dianggap
               memiliki pengetahuan dan keterampilan. Pendapat serta saran mereka sering kali dijadikan
               rujukan untuk menyelesaikan masalah di lingkungan sekitar. Dalam konteks ekonomi, nilai
               tambah dapat dihasilkan melalui berbagai cara, seperti perubahan bentuk, lokasi, waktu, dan
               kepemilikan suatu barang atau jasa. Melalui pendidikan, individu juga dapat mengembangkan
               kemampuan untuk menciptakan nilai tambah tersebut. Nilai tambah pendidikan merujuk pada
               manfaat atau peningkatan kualitas individu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Semakin
               tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, semakin besar pula nilai tambah yang dimiliki, baik
               dalam aspek pribadi maupun kontribusi terhadap masyarakat.

               Nilai Ekonomi Pendidikan
               P
                      endidikan  sering  dipandang  sebagai  faktor  kunci  dalam  mendorong  pertumbuhan
                      ekonomi  dan  mengurangi  ketimpangan  pendapatan.  Namun,  realitas  menunjukkan
                      bahwa hubungan antara peningkatan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tidak selalu
               sejalan.  Salah  satu  anggapan  umum  adalah  bahwa  pendidikan  dapat  meningkatkan
               produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
               Namun,  penelitian  menunjukkan  bahwa  dampak  pendidikan  terhadap  produktivitas  dan
               pendapatan pekerja sangat tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh,
               dalam  sektor  pertanian,  petani  yang  memiliki  pendidikan  dasar  cenderung  lebih  produktif
               dibandingkan dengan mereka yang tidak bersekolah, tetapi peningkatan pendidikan ke tingkat
               menengah tidak selalu memberikan pengaruh signifikan terhadap produktivitas. Di beberapa
               wilayah dengan kondisi alam yang menantang, pengalaman kerja sering kali menjadi faktor
               yang lebih penting dibandingkan pendidikan formal. Bagi petani di daerah tersebut, waktu yang
               dihabiskan  di  sekolah  kadang-kadang  justru  mengurangi  kesempatan  mereka  untuk
               mendapatkan pengalaman kerja yang berharga. Selain itu, pendidikan sering kali diasosiasikan
               dengan harapan akan mobilitas sosial, di mana individu dapat meningkatkan kualitas hidupnya
               melalui pendidikan. Namun, di banyak negara berkembang, hambatan struktural seperti sistem
               kasta di India atau korupsi di Indonesia sering kali menghalangi terwujudnya mobilitas sosial
               tersebut. Bahkan ketika seseorang berhasil meraih pendidikan tinggi, akses ke pekerjaan yang
               lebih baik sering kali masih dipengaruhi oleh faktor non-akademis, seperti jaringan sosial atau
               kesempatan yang tidak merata.






                                                           18
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28