Page 21 - DRAFT BUKU AYIE SAFITRI (3),
P. 21
mencakup integritas dan keunggulan. Ciri-ciri individu berbakat dengan hasrat untuk belajar,
responsif terhadap teladan, ambisi untuk mencapai prestasi, serta kecenderungan untuk mandiri
dan memiliki atribut pribadi yang unik.
Dalam pengembangan sumber daya manusia yang berfokus pada bakat, langkah awal
yang penting adalah mengidentifikasi individu yang paling sesuai serta kebutuhan
pengembangan masing-masing individu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi
individu tersebut terhadap pengembangan tim dan organisasi secara keseluruhan. McCauley
dan Wakefield (2006) mengemukakan bahwa organisasi yang berhasil dalam pengembangan
bakat menerapkan delapan praktik terbaik, yaitu: mendefinisikan manajemen bakat secara
komprehensif, mengintegrasikan berbagai aspek manajemen bakat ke dalam sistem yang
holistik, memusatkan perhatian pada bakat individu yang paling berharga, memastikan
komitmen manajemen senior terhadap pengelolaan bakat, membangun model kompetensi
untuk menciptakan pemahaman yang seragam mengenai keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dan dihargai oleh organisasi, memantau keseluruhan sistem bakat untuk mendeteksi
potensi kesenjangan, unggul dalam mengidentifikasi serta mengembangkan bakat, serta
mengevaluasi hasil dari sistem manajemen bakat yang diterapkan.
Pengembangan SDM Organisasi Berbasis Ketahanan/Adversity Quotient
Istilah Adversity Quotient dapat dipahami sebagai kemampuan individu dalam
menghadapi tantangan serta mengatasi kesulitan atau masalah yang ada, sehingga dapat diubah
menjadi peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik. individu dengan AQ yang tinggi
mampu mengolah kesulitan yang dihadapi dengan kecerdasan yang dimiliki, menjadikannya
sebagai tantangan yang harus diatasi. Oleh karena itu, kehadiran kesulitan dapat dimanfaatkan
untuk memprediksi tingkat keberhasilan atau kesuksesan. Pengembangan sumber daya
manusia yang berfokus pada AQ sangat penting, karena karyawan dengan AQ tinggi dapat
melakukan beberapa hal, antara lain: pertama, mengelola setiap masalah yang memiliki
dampak positif dan bermanfaat bagi kinerja serta produktivitas. Kedua, bertanggung jawab,
yaitu memperluas kontrol, memberdayakan, dan memotivasi diri dalam mengambil tindakan
(Supardi, 2013). Ketiga, menetapkan batasan terhadap masalah, serta merespons isu sebagai
sesuatu yang spesifik dan terbatas. Keempat, tidak mudah menyerah, dengan keyakinan bahwa
kesulitan bersifat sementara. AQ dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan dan
ketekunan karyawan, serta meningkatkan efektivitas tim, hubungan, keluarga, komunitas,
budaya, masyarakat, dan organisasi.
21