Page 180 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 180

166



            warna, krayon, pensil, dan penghapus tidak sebanding dengan
            banyak siswa, sehingga harus digunakan bergantian. Buku-
            buku gambar untuk siswa berkarya pun disimpan di sekolah
            dan dibagikan hanya pada saat akan digunakan. Selain itu,
            sumber belajar praktis terdiri dari beberapa judul buku anak
            bergambar dan buku latihan menulis dan membaca. Mainan
            edukatif yang tersedia beberapa jenis, seperti balok dan
            lego plastik, hanya digunakan pada jam istirahat, dan tidak
                   ROSDA
            digunakan sebagai media pembelajaran.
                 Dengan keterbatasan itu, Bu Sri dan guru-guru lain di
            PAUD Bestari harus mengupayakan pencapaian kompetensi
            kelulusan siswa-siswa agar mereka dapat diterima di SD
            Negeri. Keberlangsungan pendidikan formal ke SD ini penting
            untuk mencegah anak-anak PAUD Bestari kembali ‘berkeliaran’
            di jalan. Bu Sri menyatakan:
                 “Kalau anak-anak bisa diterima di

            SD saya senang. Kalau nggak diterima,
            mendingan nggak saya naikkan ke TK

            B. Saya ingin mereka siap dulu baru
            diluluskan dari PAUD. Kasihan kalau
            nggak sekolah di SD, bu. Nanti mereka

            kembali lagi ke jalan.”

                 Keprihatinan Bu Sri terhadap keberlangsungan
            pendidikan formal anak-anak dipicu oleh kenyataan bahwa
            banyak SD Negeri di area Pasundan mensyaratkan kompetensi
            bahwa anak sudah dapat membaca dan menulis untuk dapat
            masuk SD. Guru-guru SD beralasan anak-anak yang belum
            dapat membaca dan menulis akan tertinggal dari teman-
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185