Page 184 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 184
170
tersebut tidak mudah. Apabila anak terlalu dipaksa untuk
belajar dengan materi-materi yang sulit, siswa akan enggan
masuk sekolah dan mereka akan kembali bekerja di jalan.
Namun apabila mereka tidak dipacu dengan maksimal, mereka
tidak akan mencapai target kompetensi (dapat membaca
dan menulis) dan mereka tidak akan diterima di SD Negeri.
Akibatnya, mereka tidak sekolah dan kembali bekerja di jalan.
Salah satu upaya yang dilakukan Bu Sri adalah melakukan
ROSDA
pendekatan persuasif secara personal kepada orangtua siswa.
Ia mengunjungi rumah-rumah siswa dan berbicara dengan
orangtua/wali murid tentang pentingnya sekolah. Ia bahkan
menjemput siswa ke rumah mereka apabila mereka tidak
terlihat datang di sekolah. Hal ini dilakukan Bu Sri karena
kekhawatirannya, “Jangan sampai anak-anak turun lagi ke
jalan.”
Salah satu metode Bu Sri dalam menyiasati beratnya
beban kurikulum pembelajaran adalah menyelipkan kegiatan-
kegiatan yang menyenangkan di sela-sela kegiatan belajar.
Menggambar dipilih karena tidak membutuhkan peralatan
dan alat peraga mahal. Biasanya Bu Sri memulai pelajaran
menggambar dengan bercerita (ngadongeng, b. Sunda). Ia
biasanya membacakan buku atau menceritakan pengalaman
pribadi, lalu meminta anak-anak untuk bercerita lewat
gambar. Menggambar tidak membuat siswa mengeluh dan
merengek. Menggambar bahkan menjadi kegiatan semi formal
yang menyenangkan. Siswa tidak merasa terbebani, bahkan
mereka menggambar sambil menyanyi, bercerita, bercanda
dengan teman, bahkan bermain dan sesekali melongok keluar
pintu kelas. Meskipun terlihat kasual, ini adalah kegiatan
literasi yang mewadahi proses produksi gagasan secara kasat