Page 192 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 192
178
Nenek. Adik, kakak. Bisa ya?”
[Bu Sri mulai membagikan
buku gambar kepada semua
anak.]
Berbeda dengan struktur I-R-E pada pelajaran
membaca, Bu Sri tidak bersikap otoritatif. Dia meminta
respons anak-anak, namun tidak mengevaluasi. Bahkan
ROSDA
ketika Danti memberikan respons yang tidak diharapkan
(menjawab ‘pelangi’ padahal yang benar ialah awan), Bu Sri
tidak mengkritiknya, namun mengembangkannya dengan
memasukkan kata ‘awan.’ Bu Sri juga melibatkan siswa dengan
menggambar Rio memegang payung di papan tulis. Adegan
ini mengundang tawa siswa, dan interaksi siswa dengan guru
pun menjadi akrab. Ketika buku gambar dibagikan kepada
siswa, mereka menyambutnya dengan bersemangat. Kegiatan
menggambar berjalan dengan menyenangkan.
Danti, Sahabat Dora Sang Petualang
Dunia Danti tak bisa dibatasi oleh dinding sekolah yang
berukuran 3 x 4 m. Imajinasinya merentang melintasi jalan-
jalan kampung Pasundan, merengkuh dunia imajinasi dalam
serial televisi kesukaannya. Berumur tujuh tahun, tubuh Danti
yang mungil setara dengan teman-temannya yang lebih kecil.
Seharusnya Danti duduk di TK B, namun karena ia belum
dapat membaca dan menulis, Bu Sri mempertahankannya di
TK A. Di antara teman-temannya di TK A, Danti cukup mudah
dikenali dengan potongan rambut bergaya Dora (dari film
serial televisi Dora the Explorer) dan tas ransel Doranya.