Page 194 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 194
180
bahkan memangku Danti sambil memandu siswa menyanyi
lagu pembuka. Pelajaran menulis, membaca, dan berhitung
tampaknya bukan subjek yang digemari Danti. Dia terlihat
pasif, menyalin huruf dengan lambat, dan melamun
memandang ke jalanan. Sesekali dia berlari ke luar pintu ketika
odong-odong lewat, atau apabila Bu Sri berbelanja sayur di
depan sekolah. Pada saat pelajaran menggambar, Danti sering
mengeluh, “Nggak bisa, Bu Sri!” atau “Aku mah cuma bisa
ROSDA
coret-coret!” Namun ketika diminta menceritakan gambarnya,
Danti terlihat antusias dan bersemangat mengalirkan cerita
sambil menggambar. Ada kalanya Danti merajuk dan
perhatiannya teralihkan. Namun Bu Sri menerapkan strategi
yang efektif untuk menjaga konsentrasi Danti dalam berkarya.
Strategi tersebut dijelaskan dalam interaksi berikut ini.
Danti: “[Aku] mau gambar pelangi!”
Bu Sri: “Ya sudah. Gambar pelangi!”
Danti: “Tapi nggak bisa!”
Bu Sri: “Bisa! Lihat di papan tulis. Kan
sudah ada contohnya.”
[Percakapan ini terpotong karena Danti berlari keluar
untuk melihat odong-odong lewat. Bu Sri memanggilnya. Danti
lalu menggambar pelangi di bukunya].
Danti: “Nu kieu?” [Yang ini?]
Bu Sri: “Itu bisa!”
Danti: “Terus?”
Bu Sri: “Terus gambar hujan, awan,
terus gambar Danti sendiri.”