Page 201 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 201
187
Bu Sri paham bahwa satu cara membuat pembelajaran
menyenangkan adalah dengan melibatkan kegiatan bermain.
Bagi Bu Sri, bermain berarti membebaskan siswa beraktivitas
dengan sedikit permainan yang ada di sekolah, membacakan
buku-buku cerita, berbincang, dan boleh menggunakan
pengetahuan tentang film, televisi, dan lagu-lagu pop
yang mereka gemari. Bu Sri paham bahwa siswa memiliki
pengetahuan tentang budaya populer yang luas. Misalnya,
ROSDA
ketika itu anak-anak suka menyanyikan lagu Sule “Susis
(Suami Takut Istri)” yang notabene bukan lagu anak-anak. Bu
Sri tertawa mendengarkan mereka menyanyikan lagu itu, lalu
mengajak mereka untuk menyanyikan lagu lain yang liriknya
lebih sesuai dengan mereka.
Memiliki siswa yang tumbuh dan berkembang dengan
permisivitas budaya jalanan, Bu Sri paham bahwa informasi
mengepung anak-anak PAUD Bestari dengan tanpa batas. Di
rumah, anak-anak menonton sinetron, tayangan gosip, cerita
hantu, berita kriminal, dan tayangan lain yang biasa ditonton
oleh orangtua mereka. Dalam kamar petak yang tidak memiliki
pembagian ruangan, anak-anak tumbuh dalam dunia yang
tidak terisolasi. Dunia kanak-kanak mereka sangat akrab
dengan pengaruh orang dewasa. Sesaat lagi, mereka bahkan
memikul tanggung jawab layaknya orang dewasa (mengasuh
adik atau bahkan mencari nafkah) di usia yang cenderung
belia. Bu Sri tidak menafikan ini. Ia bahkan menjadikannya
sebagai teks kultural dalam pembelajaran. Tentu ini dilakukan
sembari terus mendekati orangtua; melakukan pendekatan
persuasif agar orangtua memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pengasuhan anak dalam keluarga.[]