Page 206 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 206

192



                 Dengan demikian, menjadi
            melek aksara tidak menjamin

            taraf hidup dan status sosial
            seseorang apabila tidak

            dibarengi dengan demokrasi
            dalam pendidikan, emansipasi

            gender, kesetaraan ras
                   ROSDA
            dan etnis, akses terhadap

            lapangan kerja, dan semangat

            keterbukaan (Graff, 1987; Yagelski, 2000). Dengan
            kata lain, literasi harus didekolonisasi agar martabat manusia
            yang tecermin dalam nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
            mendapatkan pengakuannya sebagai bagian dari modernisasi
            satu bangsa (Hernandez-Zamora, 2010). Dalam konteks
            Indonesia, mitos literasi ini relevan karena taraf kehidupan
            individu juga ditentukan oleh juga kebijakan ekonomi, sosial,
            politik, dan pendidikan yang berkeadilan.
                 Ironisnya, hegemoni literasi saat ini terbentuk oleh
            praktik budaya kelompok masyarakat yang dominan.
            Menjadi literat sering identik dengan keterampilan untuk
            berkomunikasi (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
            dengan bahasa yang dilegitimasi oleh kekuasaan; yaitu bahasa
            nasional. Kemampuan literasi, dengan demikian, sering
            mencakup metode berpikir, cara mengungkapkan pikiran
            dan mengelola pengetahuan yang diproduksi oleh budaya
            atau diskursus sekolah (Cazden, 2001) melalui serangkaian
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211