Page 209 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 209
195
lembaga pendidikan formal gagal mempertahankan siswa
miskin? Pemerintah telah menggelontorkan miliaran rupiah
subsidi dana pendidikan melalui beasiswa, Dana Bantuan
Operasional (BOS), berasumsi bahwa tingkat kemelekhurufan
dan tingkat kelulusan sekolah dapat ditingkatkan dengan
bantuan finansial semata. Apakah suntikan dana ini mampu
menjadikan siswa literat—memiliki gairah belajar dan mampu
mengembangkan pengetahuan? Atau, adakah elemen lain
ROSDA
yang telah menggagalkan siswa? Bagaimana kurikulum dan
materi pembelajaran di Indonesia memperlakukan siswa dari
kelompok marginal? Dapatkan skema narasi besar literasi ini
mencerahkan dan memberdayakan mereka?
Satu hal yang selama ini luput dari kajian literasi adalah
persoalan relevansi dan keterhubungan materi dan metode
pembelajaran dengan kehidupan siswa. Siswa miskin dianggap
tumbuh di lingkungan dan keluarga yang miskin literasi,
sehingga mereka tidak memiliki cukup pengetahuan untuk
ikut berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Siswa-siswa ini seperti cawan kosong yang perlu diisi dengan
pengetahuan—sebagaimana digariskan dalam kurikulum
nasional—sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang
berbudaya dan berwawasan pengetahuan. Dengan paradigma
ini, siswa di seluruh penjuru Indonesia, tidak peduli konteks
ekonomi, sosial, dan budayanya, menerima pengetahuan yang
sama. Keseragaman ini perlu disikapi secara kritis. Misalnya,
apakah relevansi mempelajari konversi suhu dalam satuan
Reamur ke Fahrenheit bagi anak-anak kelompok miskin
di jenjang SMP? Bagaimana pengetahuan tentang ragam
konversi satuan pengukuran ini memampukan kemandirian