Page 214 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 214

200



            menyajikan pembelajaran dalam bentuk cerita, atau bercerita
            untuk memulai pembelajaran, siswa akan terbantu untuk
            mencerna materi pembelajaran dengan lebih mudah. Guru pun
            akan menikmati proses pembelajaran karena aktivitas bercerita
            dapat mengendurkan ketegangan dan menciptakan kedekatan
            emosional dengan siswa.
                 Harus diakui, pandangan

            literasi (termasuk ilmu sastra)
                   ROSDA
            sebagai kegiatan yang tidak

            penting atau tidak produktif
            masih tertanam di alam bawah


            sadar masyarakat kita. Jurusan/program
            studi sastra masih dianggap kurang memberikan kontribusi
            terhadap pembangunan intelektual. Kurikulum pendidikan di
            Indonesia sampai saat masih belum memberikan ruang untuk
            pengembangan literasi, apalagi apresiasi karya sastra. Di mata
            pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggrispun sastra masih
            menjadi pinggiran, padahal seharusnya bisa menjadi poros
            depan pengembangan literasi.

                 Alih-alih mengharapkan karya sastra sebagai santapan
            sehari-hari siswa di sekolah, pelajaran bahasa masih cenderung
            mekanis, tidak mendorong siswa untuk mengeksplorasi
            kemampuan literasinya. Ini amat berbeda dengan negara-
            negara maju yang menjadikan karya sastra sebagai materi
            utama mata pelajaran bahasa. Di negara bagian Victoria,
            Australia, misalnya, siswa SMA dipastikan telah membaca 36
            karya sastra, baik novel, puisi, drama, film, dan teks non-fiksi
            selama tiga tahun belajar di tingkat SMA (VCE English Study
            Design 2014).
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219