Page 218 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 218
204
Keluhan terhadap buku teks pelajaran disampaikan oleh
seorang guru SMP di suatu desa terpencil.
Misalnya di buku pelajaran PPKN
ada [tentang] demonstrasi. Murid-
murid saya [yang pergi ke kota
terdekat saja belum pernah] nggak
ngerti itu. Bingung saya gimana
ROSDA
harus nerangin demonstrasi ke anak-
anak. Kan kosakata mereka aja nggak
seperti anak-anak kota. Mereka juga
nggak pernah lihat tivi. Jadi kalau
ada soal-soal kayak gini keluar di
ujian, apalagi soal-soal IPA, IPS, yang
nggak kebayang buat mereka, ya
udah. Dibantu aja ngejawabnya. Habis
gimana, daripada nggak lulus ujian?
Kalau jawab sendiri, mereka nggak
bisa.”
Pada tahun 2017 ini, ‘tingkat risiko’ ujian kelulusan di
pendidikan dasar dan menengah telah diturunkan. Ujian
Nasional tidak lagi bersifat high-risk karena bukan penentu
tunggal kelulusan siswa. Pada tahun 2011, dilema yang
dihadapi guru dan tutor yang mendampingi siswa-siswa yang
berisiko—seperti anak jalanan dan anak di daerah terpencil—
sangat kasat mata. Di satu sisi, mereka merasa mengkhianati