Page 220 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 220
206
mengembangkan kurikulum, menganalisis kompetensi dasar
yang relevan dengan siswa mereka, membuat sistem penilaian
yang autentik dan kontekstual, serta melaksanakan metode
pembelajaran yang mengeksplorasi potensi dan mendorong
siswa untuk memanfaatkan teks kulturalnya. Ini adalah makna
literasi ideologis yang sesungguhnya.
Refleksi untuk Pengembangan
ROSDA
Kegiatan Literasi Lokal
Menengok kembali praktik literasi yang dilakukan BMI di
komunitas FLP Hong Kong, kegiatan bedah karya yang mereka
lakukan tak ubahnya seperti diskusi sastra. Para anggota FLP
Hong Kong cukup akrab dengan istilah-istilah sastra dan
terampil menggunakannya untuk mengkritisi karya sesama
anggota FLP Hong Kong. Artefak literasi yang diwakili oleh
lembaran karya yang penuh coretan berisi catatan kesalahan
bahasa sesama anggota kemudian digunakan sebagai bekal
untuk menulis dengan lebih baik. Hal ini menjadi ironis ketika
dibandingkan dengan pembelajaran sastra di ranah pendidikan
formal. Kuliah sastra di kelas-kelas formal di tingkat perguruan
tinggi belum tentu mampu membebaskan mahasiswa untuk
melakukan kritik sastra terhadap sebuah karya. Mengapa hal
ini bisa terjadi? Apakah praktik literasi di ranah formal dan
informal memang harus berbeda?
Dalam konteks sekolah, praktik literasi terdokumentasi
melalui seperangkat instrumen penilaian. Artefak literasi
di pendidikan formal dapat berupa kurikulum, RPP, buku