Page 22 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 22
8
kognitif. Misalnya, model ini mengajarkan strategi mekanistik
tertentu agar siswa dapat memahami teks dan menuliskan
pendapatnya secara artikulatif. Pada dasarnya model ini
mengasumsikan bahwa strategi pemahaman ini membantu
siswa sesuai dengan usia dan jenjang daya nalar mereka,
apapun latar belakang sosial ekonomi dan budayanya. Saat
ini model otonomi ini mendominasi perumusan pengajaran
seni berbahasa di tanah air, sebagaimana mendominasinya
ROSDA
perspektif ini di kalangan pendidik literasi di negara-negara
maju.
Model yang cenderung mengabaikan subjektivitas siswa
ini banyak dibantah karena dianggap mengaburkan faktor-
faktor ideologis dan sosial yang membentuk praktik literasi.
Penelitian antropologi Brian Street (1995) tentang praktik
literasi di Iran pada tahun 1970-an menemukan tiga jenis
praktik literasi; yaitu literasi maktab di sekolah Qur’ani, literasi
sekolah formal yang cenderung sekuler, dan literasi komersial
para pedagang buah. Literasi komersial dibangun pada basis
literasi Qur’ani, sedangkan literasi sekolah yang sekuler
cenderung menyiapkan siswa pada kepentingan pragmatis,
yaitu membekali mereka dengan pengetahuan agar dapat
bersaing dalam lapangan pekerjaan. Studi ini menyimpulkan
bahwa proses membaca dan menulis terjadi dalam konteks
hubungan kekuasaan yang menempatkan manusia di posisi
berbeda di masyarakat. Model ini dinamakan model ideologis,
yang kemudian lebih dikenal karena pandangannya tentang
literasi sebagai praktik sosial dan merupakan produk dari
ideologi yang berkembang di masyarakat (Street & Lefstein,
2007).