Page 60 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 60
46
Teks Kultural
Area pemukiman Pasundan adalah potret tipikal
kampung miskin perkotaan yang dicirikan oleh hilangnya fitur
permanen, baik dalam pengertian fisik dan sosial demografis.
Pertama, komunitas ini menghuni bangunan-bangunan
semi permanen tanpa jendela dan kebanyakan beratap seng
yang menempel hanya sekadar berfungsi untuk menaungi
ROSDA
penghuninya. Kedua, status demografi penghuni tidak tetap.
Kebanyakan warga tidak memiliki dokumen identitas; KTP,
Kartu Keluarga, sehingga mereka tidak memiliki akses
terhadap subsidi dan layanan sosial pemerintah. Ketiga,
pekerjaan warga kebanyakan tidak tetap dan ‘serabutan’
(Dewayani, 2013) yang menyebabkan tingginya peluang
mereka untuk terlibat dalam kegiatan kriminalitas. Keempat,
mobilitas fisik warga sangat tinggi. Mereka bisa datang dan
pergi, berpindah-pindah tanpa diketahui oleh pengurus RT
setempat.
Di luar fitur kemiskinan itu, satu hal yang menarik adalah
bahwa semua rumah tangga memiliki televisi. Televisi menjadi
aset yang tampaknya lebih penting ketimbang kompor—tidak
setiap rumah memiliki kompor—dan menjadi pusat perhatian
di setiap rumah. Televisi menyala pagi, siang, atau malam hari,
kapan pun rumah berpenghuni. Anak-anak menonton film
kartun di pagi hari sebelum berangkat sekolah, dan di siang
hari, orangtua menonton sinetron atau tayangan infotainment,
kadang-kadang, bersama anak-anak mereka. Tayangan televisi
di rumah-rumah di Pasundan tidak mengenal segmentasi
berdasarkan usia dan kepatutan (Dewayani, 2016). Dengan