Page 62 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 62

48



            sepulang sekolah). Partisipan di perempatan umumnya
            mencari nafkah dari kegiatan ngamen, ngelap (membersihkan
            mobil yang berhenti pada saat lampu merah dengan lap atau
            bulu ayam), dan ngasong (berdagang asongan). Sebagian
            partisipan di perempatan tinggal di Pasundan, dan sebagian
            yang lain berasal dari area pemukiman lain berjarak sekitar
            satu hingga dua kilometer dari perempatan Pasundan.
            Sebagian partisipan bekerja dengan ‘diawasi’ oleh ibu-ibu
                   ROSDA
            mereka yang mengobrol di gerobak gorengan di salah satu
            sudut perempatan. Menurut ibu-ibu ini, pengawasan ini
            berfungsi untuk memastikan keselamatan anak mereka,
            misalnya, dari kemungkinan pengaruh buruk anak-anak yang
            ‘nakal,’ kemungkinan razia oleh petugas satpol PP, dan alasan
            keamanan lainnya.
                 Brian Street (2007) membedakan istilah praktik literasi
            (literacy practice) dan peristiwa literasi (literacy event). Peristiwa
            literasi adalah kegiatan menggunakan teks yang terjadi dalam
            konteks sosiokultural yang unik; sedangkan praktik literasi
            adalah himpunan peristiwa literasi yang terjadi secara berpola
            atau berulang. Street (1995) mendefinisikan praktik literasi
            sebagai konsepsi kultural yang mengatur cara berpikir melalui
            kegiatan interaksi dengan teks dalam konteks budaya yang
            spesifik. Dua bentuk kegiatan literasi yang akan didiskusikan
            dalam buku ini, yaitu praktik pembelajaran di PAUD Bestari
            dan kegiatan literasi di perempatan Pasundan, dengan
            demikian adalah contoh dari praktik literasi. Kedua praktik
            literasi ini diadakan secara terorganisir dengan dukungan
            sponsor literasi—dalam hal ini LSM Pelangi dan Bu Sri sebagai
            patron literasi—memiliki tujuan spesifik, dan diselenggarakan
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67