Page 56 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 56
42
rupiah, sebagai kompensasi atas penghasilan mereka yang
‘hilang’ selama tiga jam berkegiatan di PAUD. Bu Sri ingin
mengentaskan anak-anak usia dini dari jalan. Dengan membuat
anak-anak Pasundan siap memasuki SD, Bu Sri berharap
bahwa anak-anak tersebut memiliki motivasi untuk bersekolah,
memiliki kepercayaan diri terhadap sekolah, sehingga mereka
tidak lagi bekerja di jalan.
“Masalahnya, anak-anak ini sudah berada di jalan sejak
ROSDA
dalam gendongan,” kata Bu Sri. Bu Sri ingin mengubah budaya
jalanan yang telah menjadi bagian dari proses sosialisasi anak-
anak Pasundan terhadap lingkungan sosialnya. Ia percaya
bahwa budaya jalanan bisa secara perlahan diubah menjadi
budaya sekolah.
Bu Sri mewakili pendatang yang telah berasimilasi dengan
kehidupan Pasundan. Dilahirkan di Yogyakarta pada tahun
1971, ia menikah dengan seorang warga asli Pasundan—dari
keluarga yang sudah tinggal di Pasundan selama beberapa
generasi—dan mulai tinggal di sana sejak tahun 1994. Latar
belakang pendidikan SMA yang dimilikinya memungkinkan
Bu Sri untuk bekerja sebagai staf administrasi di sebuah pabrik
garmen yang ternama di Bandung. Kegelisahannya terhadap
pendatang di Pasundan yang menyewa kamar-kamar petak,
memiliki pekerjaan tak tetap, cenderung bergantung dari
penghasilan yang didapatkan di jalanan, serta terlibat dalam
kasus-kasus kriminalitas mendorongnya untuk melakukan
sesuatu untuk memberdayakan wanita-wanita tetangganya.
Dia membujuk atasannya untuk mau men-subkontrakkan
pekerjaan menjahit kepada ibu-ibu rumah tangga di Pasundan.
Atasannya setuju, bahkan mengontrak sebuah bangunan di