Page 189 - Kelas X Sejarah Indonesia BS press
P. 189

pelabuhan yang menampung komoditas cengkih yang datang dari
                 Huamual   (Seram Barat),  sedangkan  komoditias  pala berpusat di
                 Banda.  Semua pelabuhan  tersebut umumnya didatangi   oleh  para
                 pedagang  Jawa,  Cina,  Arab,  dan  Makassar.  Kehadiran  pedagang
                 itu mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antara
                 lain ditemui bekas koloninya seperti Maspait (Majapahit), Kota Jawa
                 (Jawa) dan Kota Mangkasare (Makassar).

                       Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang
                 Muslim dari   Malaka,  Jawa,  dan  Sumatra.   Dalam perjalanan
                 sejarahnya,  masyarakat Muslim di  Gowa terutama Raja Gowa
                 Muhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin
                 (1653-1669)  telah  menjalin  hubungan  dagang  dengan  Portugis.
                 Bahkan  Sultan  Muhammad   Said  dan  Karaeng  Pattingaloang  turut
                 memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira,
                 meskipun   mereka beragama Katolik.   Kerja sama ini  didorong
                 oleh  adanya usaha monopoli  perdagangan  rempah-rempah    yang
                 dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku.


                       Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Ini
                 ditandai  dengan  adanya seorang  raja yang  dianggap  benar-benar
                 telah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500) yang pernah
                 belajar di  Madrasah  Giri.  Ia dijuluki  sebagai  Raja Bulawa,  artinya
                 raja cengkih,  karena membawa cengkih     dari  Maluku  sebagai
                 persembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala (fuli) hanya terdapat
                 di Kepulauan Indonesia bagian timur, sehingga banyak barang yang
                 sampai  ke Eropa harus  melewati  jalur perdagangan  yang  panjang
                 dari Maluku sampai ke Laut Tengah. Cengkih yang diperdagangkan
                 adalah  putik bunga tumbuhan   hijau  (szygium aromaticum  atau
                 caryophullus aromaticus)  yang  dikeringkan.  Satu  pohon  ini  ada
                 yang  menghasilkan  cengkih  sampai  34  kg.  Hamparan  cengkih
                 ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore, Makian,
                 dan Motir di lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam
                 di pulau yang relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram.






                                                                                  Sejarah Indonesia  181
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194