Page 201 - Kelas X Sejarah Indonesia BS press
P. 201

Sebagaimana telah disebutkan bahwa Kerajaan Kampar
                       sejak abad  ke-15  berada di  bawah  Kerajaan  Malaka.  Pada
                       masa pemerintahannya,   Sultan  Abdullah  di  Kampar tidak
                       mau  menghadap   Sultan  Mahmud   Syah  I  di  Bintan  selaku
                       pemegang    kekuasaan  Kemaharajaan   Melayu.   Akibatnya
                       Sultan Mahmud Syah I mengirimkan pasukannya ke Kampar.
                       Sultan  Abdullah  minta bantuan   Portugis,  dan  berhasil
                       mempertahankan Kampar. Ketika Sultan Abdullah dibawa ke
                       Malaka oleh Portugis, maka Kampar ada di bawah pembesar-
                       pembesar kerajaan,  di  antaranya Mangkubumi  Tun  Perkasa
                       yang mengirimkan utusan ke Kemaharajaan Melayu di bawah
                       pimpinan  Sultan  Abdul  Jalil  Syah  I  yang  memohon  agar di
                       Kampar ditempatkan raja.

                            Hasil permohonan tersebut dikirimkan seorang pembesar
                       dari Kemaharajaan Melayu ialah Raja Abdurrahman bergelar
                       Maharaja Dinda Idan berkedudukan di Pekantua. Hubungan
                       antara Kerajaan  Kampar di  bawah  pemerintahan  Maharaja
                       Lela Utama  dengan Siak dan Kuantan diikat dengan hubungan
                       perdagangan.   Tetapi  masa pemerintahan    penggantinya
                       Maharaja Dinda II  memindahkan  ibu  kota Kerajaan  Kampar
                       pada 1725 ke Pelalawan yang kemudian mengganti Kerajaan
                       Kampar menjadi   Kerajaan  Pelalawan.  Kemudian  kerajaan
                       tersebut tunduk kepada Kerajaan  Siak,  dan  pada 4  Februari
                       1879  dengan  terjadinya perjanjian  pengakuannya Kampar
                       berada di  bawah  pemerintahan  Hindia Belanda.  Kerajaan
                       Indragiri sebelum 1641 yang berada di bawah Kemaharajaan
                       Malayu  berhubungan   erat dengan  Portugis,  tetapi  setelah
                       Malaka diduduki  VOC,  mulailah  berhubungan  dengan  VOC
                       yang  mendirikan kantor dagangnya di Indragiri berdasarkan
                       perjanjian 28 Oktober 1664.


                       Pada 1765,    Sultan  Hasan   Shalahuddin   Kramat Syah
                 memindahkan   ibukotanya ke Japura tetapi  dipindahkan  lagi  pada
                 5  Januari  1815  ke Rengat oleh  Sultan  Ibrahim atau  Raja Indragiri
                 XVII.  Sultan  Ibrahim inilah  yang  ikut serta berperang  dengan  Raja


                                                                                  Sejarah Indonesia  193
   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206