Page 168 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 168
nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri
dari satu suku kata disebut Pinda. Mantra tiga suku kata disebut Kartari,
yang terdiri dari empat suku kata sampai sembilan suku kata disebut Vija
Mantra, sepuluh sampai duapuluh suku kata disebut Mantra, dan yang
terdiri lebih dari duapuluh suku kata disebut Mālā. Tetapi istilah Vija juga
diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal.
Dalam melaksanakan Tri Sandhya, sembahyang dan berdoa setiap umat
Hindu sepatutnya menggunakan mantram, namun bila tidak memahami
makna mantram, maka sebaiknya menggunakan bahasa hati atau bahasa
ibu, bahasa yang paling dipahami oleh seseorang yang dalam tradisi Bali
disebut “Sehe” atau “ujuk-ujuk” dalam bahasa Jawa. Penggunaan mantram
sangat diperlukan dalam sembahyang. Mantram memiliki makna sebagai
alat untuk mengikatkan pikiran kepada obyek yang dipuja. Pernyataan ini
tidak berarti bahwa setiap orang harus mampu mengucapkan mantram
sebanyak-banyaknya, melainkan ada mantra-mantra yang merupakan
ciri atau identitas seseorang penganut Hindu yang taat, yakni setiap umat
Hindu paling tidak mampu mengucapkan mantra sembahyang Tri Sandhya,
Kramaning Sembah dan doa-doa tertentu, misalnya mantram sebelum
makan, sebelum bepergian, mohon kesembuhan dan lain-lain.
Umumnya umat Hindu di seluruh dunia mengenal Gayatri mantram,
mantram-mantram subhasita ‘yang memberikan rasa bahagia dan
kegembiraan’ termasuk mahamrtyunjaya ‘doa kesembuhan/mengatasi
kematian’, sanyipatha ‘mohon ketengan dan kedamaian’ dan lain-lain.
Mantram pada umumnya adalah untuk menyebutkan syair-syair yang
merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan sruti. Dalam
pengertian ini yang termasuk mantram adalah seluruh syair dalam kitab-
kitab Samhita (Ågveda, Yajurveda, Samaveda, Atharvaveda), Brahmana
(Sathapatha, Gopatha dan lain-lain), Aranyaka (Taittiriya, Brhadaranyaka,
dan lain-lain) dan seluruh Upanisad (Chandogya, Isa, Kena, dan lain-lain).
Di samping pengertian mantram seperti tersebut di atas, syair-syair untuk
pemujaan yang tidak diambil dari kitab Sruti, sebagian diambil dari
kitab-kitab Itihasa, Purana, kitab-kitab Agama dan Tantra juga disebut
mantra, termasuk pula mantram para Pandita Hindu di Bali. Mantram-
mantram ini digolongkan ke dalam kelompok stuti, stava, stotra dan puja.
Selanjutnya yang dimaksud dengan sutra adalah kalimat-kalimat singkat
yang mengandung makna yang dalam seperti kitab Yogasutra oleh Maharsi
Patanjali, Brahmasutra oleh Badarayana dan lain-lain, sedangkan syair-
syair yang dipakai dalam kitab-kitab Itihasa dan Purana, termasuk seluruh
kitab-kitab sastra agama setelah kitab-kitab Itihasa dan Purana disebut
158 Kelas XII SMA/SMK