Page 30 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 30
percaya dengan tahayul seperti itu,” katanya dengan
ekspresi kecewa.
“Ya, orang baru mendengar ketika sesuatu sudah terjadi
dan merugikan mereka,” kataku.
Kami baru saja melangkah meninggalkan ruangan itu,
melewati lorong dan dinding yang terbuat dari kaca, di
luar sana terlihat barisan gedung raksasa, serta begitu
banyak orang yang berlalu-lalang dengan kapsul mobiler
mereka, sebuah dinamika hiruk pikuk dari dunia yang
sejujurnya kubenci, ingin kujauhi, berharap ada tempat
lain yang bisa menjadi pelarianku selain ruangan
hologram sejarah tadi.
Aku membayangkan ada tempat bernama laut yang dulu
pernah ada di planet ini, duduk di atas pasir putih,
mendengarkan suara ombak yang syahdu, dengan angin
yang sepoi, mendamaikan hati. Lima ratus tahun yang
lalu, planet yang disebut bumi ini telah kehilangan
separuh bentuknya, terkikis oleh dua pihak penguasa
berseberangan yang memutuskan hidup sendiri-sendiri.
Bukan lagi bulat seperti bola, planet ini telah terbelah
menjadi dua, di tengahnya ada terowongan penghubung
yang sewaktu-waktu menjadi akses transportasi dua sisi
planet jika ada kepentingan perjalanan dinas, maupun
pertandingan olahraga.
“Kamu melamun lagi, Re,” tegur Alina.
27