Page 29 - Matinya Seorang Anak Muda di Negeri Ini & Cerita Pendek Lainnya
P. 29

dilenyapkan,  setelah  sebelumnya  diharapkan  tetap
               bersama mereka. Bangsat! Mungkin aku terlalu banyak
               menonton film horor.

               Aku masih dengan sikap diam yang sama, menatap peti
               berisikan ibuku dikubur dengan tanah. Aku memlih diam,
               karena itu lebih baik, daripada harus berdebat dengan
               mereka, yang kupikir menganggapku tidak berperasaan,
               hanya karena aku tidak  menangis.

               Seminggu,  dua  minggu,  dan  sebulanpun  berlalu.  Aku
               berhenti  memikirkan  ibu,  kembali  larut  dengan
               kesibukanku. Aku baru tahu kalau melewati masa-masa
               ini begitu mudah.

               “Apa kamu baik-baik saja?” tanya ayah kepadaku.

               Selama  ini  ia  juga  terlalu  sibuk  dengan  pekerjaannya,
               selalu  merasa  kebutuhan  hidup  kami  sekeluarga  tidak
               pernah cukup sampai mendapatkan uang yang banyak,
               entah  berapa  banyak,  sehingga  ia  tidak  terlihat
               menikmati hasil kerja kerasnya sendiri sama sekali.

               “Maafkan ayah, yang jarang memperhatikan kamu, juga
               ibu,” katanya.

               Ia memelukku. Tentu saja aku terkejut. Ia tidak pernah
               melakukan itu sebelumnya. Dan entah kenapa, badanku
               gemetar, seperti ketakutan, seperti sesuatu akan terjadi
               pada  diriku.  Tiba-tiba  saja  kepalaku  bersandar  di
               bahunya, dan aku menangis sekeras-kerasnya.


                                                                    26
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34