Page 72 - Matinya Seorang Anak Muda di Negeri Ini & Cerita Pendek Lainnya
P. 72
“Jangan macam-macam atau semuanya akan lebih
parah, tuan,” kataku yang segera diturutinya.
Aku melangkah ke belakangnya, dan menuntunnya maju
ke ruang tamu. Tangan kananku mencengkeram
lehernya dari belakang. Ayahku tiba-tiba berdiri dan
mencoba mendekati kami.
“Sekarang ayah tahu semua cerita gila di rumah ini, dan
ayah sendiri pun jadi bagian dari kegilaan mereka!
Kenapa, ayah? Mana semua nilai moral dan hidup
bekerja keras yang selama ini ayah ajarkan ke aku? Apa
hanya karena kita miskin, sehingga kita siap jadi hamba
uang, jadi hamba nafsu sesaat dan ikut kehilangan arah
karena berpikir hidup kita akan jadi lebih baik? Hah?!”
teriakku.
“Apa tuan suka seperti ini?” tanyaku sambil tangan
kananku perlahan turun ke bawah, menyentuh
kemaluannya.
Tuan Ardi mencoba melawan, ia sempat terkejut melihat
jasad istrinya yang tergeletak di lantai. Ia mendorongku
hingga terhempas ke lantai, membuat pisau di
genggamanku jatuh. Ia berbalik duduk di atasku dan
mencekik leherku. Aku berusaha keras membuka
cengkraman kedua tangannya yang kuat. Percuma saja,
energiku sudah hampir habis. Tiba-tiba saja tatapan tuan
Ardi membelalak, dan cengkramannya melemah, hingga
akhirnya ia jatuh ke lantai, segera aku mendorong
69