Page 310 - test yy
P. 310

BAB 14 : PENDIDIKAN ANAK USIA DINI     303


                       spiritualitas  dalam  Islam  memiliki  khasanah  pemikiran  yang
                       sangat kaya dalam pembentukan moral-spiritual seseorang. Di
                       samping  itu  spiritualitas  yang  didefinisikan  sebagai  falsafah

                       hidup  dengan  kekuatan  daya  intuitifnya  yang  subyektif,
                       ternyata  dapat  membangkitkan  jiwa  seseorang  dari  suatu
                       anomali  kejiwaan  kepada  pemenuhan  hasrat  spiritual  yang
                       berujung  pada  lahirnya  kepribadian  yang  penuh  dengan
                       kearifan.
                              Menurut Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, salah satu nilai
                       penting telaah aspek spiritual dalam proses pendidikan anak
                       adalah  untuk  mengolah  aspek  penghayatan  transendental

                       dalam  pendidikan  yang  selama  ini  diragukan  dan  bahkan
                       ditolak oleh kalangan penganut paham positivisme. Penolakan
                       itu  terjadi  karena  penghayatan  tersebut  sangat  mempribadi,
                       penuh misteri, dan kadang tidak terpahami. Selama ini obyek
                       kajian pendidikan terpenjara pada potensi kognitif, afektif dan
                       psikomotorik.  Pandangan  model  Barat  ini  pada  satu  sisi

                       mengabaikan      apek     penghayatan      transendental      yang
                       merupakan inti dari doktrin Islam yang penting, yaitu konsep
                       Ihsan.  Prof.  Dr.  H.  Noeng  Muhadjir,  menambahkan,  bahwa
                       meskipun  aspek  sufistik  tidak  dapat  direplikasi  penghayatan
                       substantifnya,  namun  dapat  dikenal  dan  dihayati  prosesnya.
                       Sehingga  menelaah  proses  sufistik-transendental  dapat
                       menjadi bagian dari upaya pengkajian pendidikan, khususnya
                       pendidikan Islam.

                              Proses sufistik-transendental tersebut, dalam pengertian
                       pragmatik merupakan bagian dari wilayah “pengalaman”, di
                       mana menurut Dewey, pengalaman tidak saja menunjuk pada
                       sesuatu yang sedang berlangsung di dalam kehidupan batin si
                       subyek, atau sesuatu yang ditanggap secara inderawi di dalam
                       dunia  luar,  ataupun  sesuatu  yang  berada  dibalik  dunia

                       inderawi  yang  hanya  dapat  dicapai  dengan  akal  budi  dan
                       intuisi.  Karena  itu  pengalaman  bersifat  menyeluruh  dan
                       mencakup segala hal, termasuk proses sufistik-transendental.
   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315