Page 130 - Toponim Magelang_Final
P. 130
Toponim Kota Magelang 117
9. Ngarakan
Kampung ini diberi nama Ngarakan lantaran bertolak dari suatu peristiwa yang pecah
di sana. Peristiwa itu bertemali dengan pembangunan kelenteng sebagai rumah ibadah
warga Tionghoa di alun-alun Magelang tahun 1864. Menurut tradisi Tionghoa, patung
dewa pelindung kelenteng (Toa Pek Kong) ditempatkan untuk bertakhta di kelenteng.
Patung yang dikeramatkan ini dibawa dari daerah Kutoarjo yang dilanda Perang
Diponegoro tahun 1825 dan kemudian ditempatkan di rumah seorang Tionghoa yang
tinggal di kampung ini.
Selepas kondisi aman, rumah yang digunakan untuk menyimpan patung ini difungsikan
sebagai rumah pemujaan sementara. Tiga puluh tahun kemudian, etnis Tionghoa yang
telah berhasil mengumpulkan dana di bawah koordinator Kapitan Tionghoa Kedu
Bee Cok Lok sebagai pemborong candu dan rumah gadai di Magelang memperoleh
tanah di alun-alun untuk membangun kelenteng. Ketika bangunan kelenteng berhasil
diwujudkan dan diresmikan pada 8 Juli 1864, patung Toa Pek Kong dibawa dalam
perarakan dari tempat itu menuju kelenteng ini. Sejak itu tempat yang digunakan bagi
perarakan disebut Ngarakan.
Meski patung itu telah dipindahkan, Kampung Ngarakan tetap identik dengan
perkampungan yang dihuni etnis Tionghoa. Beberapa orang Tionghoa kaya berhasil
79
membeli tanah tinggal di kampung ini. Bahkan tahun 1950-an Kampung Ngarakan
menjadi lokasi kantor pusat Yayasan Tionghoa Giok Hiong Kong berdiri. 80
79 “Telegrammen”, dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, tanggal 10 Juli 1917,
lembar ke-2.
80 “Collecte”, dalam de Locomotief, tanggal 2 Maret 1954, lembar ke-2.