Page 21 - Toponim Magelang_Final
P. 21
8 Toponim Kota Magelang
1830 ketika ada respon positif dari masyarakat, pasar ini digelar dua hari tiap satu
minggu dan jadwal pembukaan pasar ditempelkan di depan kantor Residen Kedu. 20
Setahun pasca Perang Diponegoro, pemerintah kolonial menitahkan teknisi merancang
pembangunan saluran air. Dengan memanfaatkan debit aliran Sungai Elo yang mengalir
di dekat Kota Magelang, teknisi Belanda hendak membangun saluran air yang melewati
kota dari utara ke selatan dan air terbuang ke Sungai Progo di Kabupaten Magelang.
Butuh waktu 8 bulan dan dana f. 15.000 guna merealisasi rencana ini. Namun proses
itu baru dimulai tahun 1856.
Saluran air dibangun melewati Kota Magelang ini disebut saluran Kali Manggis. Menjadi
sumber pengairan 625 bahu sawah di sekitar kota dan melayani pasokan air untuk
kebutuhan kebersihan rumah tangga penduduk kota. Semula keberadaan saluran hanya
untuk mengairi perkebunan tebu di Secang dan Mertoyudan, tapi dirasa bermanfaat
bagi penduduk kota maka saluran air Manggis beberapa kali direnovasi akhir abad XIX
21
agar fungsinya maksimal.
Memasuki abad XX, kebutuhan pasokan air bersih bagi golongan sipil dan militer
makin tinggi. Dampaknya, pemerintah pusat turut campur dalam pengadaan saluran
air. Pasalnya, sumur sebagai sumber air utama pemasok kebutuhan tidak memberi
kualitas air yang layak pakai (keruh). Lewat kerjasama dengan institusi zeni yang juga
menjamin pengadaan air bagi barak militer, saluran air diperbaiki dan dibuat permanen
22
lewat pelapisan semen. Kehadiran saluran air ini lalu menjadi icon utama Magelang
sebab lokasinya membelah kota dan berfungsi dalam morfologi ruang kota.
Terkait kewilayahan, Karesidenan Kedu permulaan abad XX tidak hanya mencakup
2 kabupaten, tapi lebih. Mengacu surat keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 13
Juni 1901, area Karesidenan Kedu bukan cuma mencakup wilayah bagian Begalen.
Wilayah Kabupaten Kutoarjo bersama Karanganyar dihapus, lalu digabung Kabupaten
Purworejo dan Kebumen. Wilayah Karesidenan Kedu terbagi menjadi 5 daerah, yaitu
23
20 “Advertentie”, dalam Javasche Courant, tanggal 8 Mei 1830, lembar ke-2.
21 “Waterleiding”, dalam De Locomotief, tanggal 24 November 1898, lembar ke-2.
22 ANRI. Brief van Directeur Burgerlijke Openbare Werken aan den Gouverneur generaal van
Nederlandsch Indie 12 Juni 1909 no. 9497/A dalam bundel Algemeen Secretarie GB TZG Agenda 1891-
1942 nomor 4831.
23 Nur Aini Setiawati. “Kekurangmakmuran Penduduk di Pedesaan Karesidenan Kedu, Jawa Tengah
pada Abad XIX-Awal Abad XX”. Laporan Penelitian. (Yogyakarta: Gadjah Mada University-Leiden
University, 1997). hlm. 19-20.