Page 119 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 119
di dunia hospitality. Ia mengawali sebagai perempuan petani, pemasok tanaman
housekeeping, spa attendance, sampai herbal ke ‘Made Tea’ kerjasama ini tak hanya
membersihkan kolam renang. meningkatkan pendapatan mereka, juga
membantu perekonomian keluarga ketika
Setelah punya cukup tabungan, ia kuliah pandemi, bahkan menghijaukan rumahnya.
sambil kerja mengambil jurusan bisnis
dan keuangan di Dublin sekitar 2007. Halaman belakang rumahnya yang
Ia juga menambah jam kerja dengan sebelumnya tidak terawat, kini menghijau
menjadi bookeeping di sebuah perusahaan dengan hamparan tanaman kumis kucing.
komunikasi pada siang hari kemudian lanjut Bahkan ia bisa membuat bibit sendiri dari
bekerja di hotel pada malam harinya. menanam kembali batang tanaman.
Pada 2015 ia jalan-jalan ke India Made Roni membekali para perempuan
menghadiri teman yang menikah. Di sana desa yang ikut kerja sama di Desa Peliatan
ia menyempatkan belajar pengobatan ini dengan teknik membuat bibit sendiri
Ayurveda. Pada suatu kali ia masuk ke dan cara memanen yang benar. Misalnya
sebuah kuil di New Delhi dan merefleksikan saat panen, harus dijual secara kolektif dan
jalan hidupnya. Ia berdoa dan mengeluarkan daunnya dalam keadaan segar. Konsistensi
unek-uneknya mengenai kesulitan hidup produksi bahan baku ini menurut Roni
selama ini. “Saat itu saya sudah ada rencana menjadi tantangan bekerja bersama
membuat teh, saya menguatkan diri,” perempuan adat.
katanya. Dari sinilah Made Tea lahir.
“Saya menyadari sebagai perempuan Bali
Pemberdayaan Perempuan yang bekerja itu berat karena ada kewajiban
adat. Tidak semua perusahaan bisa fleksibel.
dan Melestarikan Lingkungan Kalau saya fleksibel, bahkan ada yang minta
Sekitar 80 persen pekerja di pabrik potong gaji karena banyak libur,” tutur
“Made Tea” adalah perempuan. 12 orang Roni. Ia mengaku kerap memberikan izin
perempuan dan 3 orang lelaki. jika sedang ada keperluan untuk upacara
adat. Tak hanya waktu kerja fleksibel, ia
Tidak ada persyaratan khusus untuk para juga tidak mensyaratkan pendidikan khusus
pekerjanya ini. Bahkan waktu bekerjanya saat merekrut pekerja, syaratnya hanya
pun fleksibel. perilaku dan kemauan belajar. Tamat SD
pun diterima, termasuk korban kekerasan
Para pemasok bahan baku adalah rumah tangga, Perempuan kepala keluarga,
perempuan komunitas adat yang telah dan kekerasan lainnya.
diajak sejak pandemi Covid 19. Saat itu
banyak yang diberhentikan sementara atau Terkait kesibukan upacara agama dan adat,
usahanya menurun karena bisnis pariwisata ia merasa inilah salah satu penghambat
Bali anjlok. kerja sama dengan perempuan di komunitas
adat. Ketika memerlukan permintaan tinggi
Sementara staf pegawainya di tempat bahan baku tanaman herbal, tapi mereka
produksi ada yang berlatar belakang sebagai sedang sibuk melaksanakan upacara agama
perempuan kepala keluarga dan penyintas sampai berminggu-minggu, maka sulit
kekerasan dalam rumah tangga.
dipenuhi. Konsistensi volume dan kualitas
Menurut ibu Punduh, salah seorang yang menurutnya kadang bermasalah.
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 119