Page 120 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 120
Kebun di tempat produksi Made Tea.
“Kalau ada lomba baru semangat,” lanjutnya. ketelusuran produk (traceability) sehingga
diketahui kapan dipanen dan siapa
Made Roni mengaku tak menyerah, ia petaninya. “Tidak ada kasus khusus hanya
meluaskan kerja sama ke desa lain selain kadang harga dinaikkan sepihak oleh
Peliatan, yakni Desa Pejeng. Tak jauh dari pemasok,” keluh Roni.
lokasi kebunnya.
Praktik pertanian berkelanjutan ditunjukkan
Made Tea dan Perubahan di kebunnya yang juga jadi tempat produksi
Iklim di Desa Peliatan, Ubud. Ia berkebun
dengan desain permakultur, berusaha tidak
Made Tea tak hanya merk, juga nilai-nilai tergantung pada input pertanian sintetik
pemberdayaan, pelestarian lingkungan, dan menghasilkan bibit sendiri.
dan pengalaman (experience). Secara
kualitas ia juga bertaruh karena segala Berbagai tanaman ini juga bisa dilihat di
jenis standarisasi produk dan kesehatan kebun milik Made Tea yang satu kawasan
dipenuhi dengan berbagai izin. Selain itu ada dengan tempat produksi dan cafe mungil.
pemeriksaan sampel rutin di laboratorium Pengunjung bisa memesan paket workshop,
untuk mengecek kontaminasi pestisida dan menikmati jamuan makan dan minum
jamur. Dua hal penting yang harus steril dari sambil belajar tanaman herbal di paket
ramuannya. garden tour seharga Rp 400-an ribu per
orang, atau paket afternoon tea sekitar Rp
Untuk memastikan pasokan bahan baku 200 ribuan per orang. Tak hanya berbagai
berkualitas, ia menggunakan sistem jenis tanaman, juga ada model kebun
120 Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim