Page 125 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 125
Selain di Era Jaya, abon ikan Lohjinawi juga Dua kolam di kampung yang berada di
dipajang di etalase berbagai toko oleh-oleh tengah kota itu mampu menampung 1.500
di Kota Solo. Misalnya, Pasar Oleh-oleh ekor lele. Awalnya, benih lele diberi makan
Jongke, Toko Oleh-oleh Bu Jayus, Toko pelet dan setelah besar makanannya adalah
Koperasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama sampah organik yang berasal dari sisa
Solo, dan kantin-kantin sekolah. makanan.
Abon lele Lohjinawi diproduksi oleh Para perempuan juga menanam sayuran
Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklasar) secara organik di sekitar kolam. Mereka
Lohjinawi yang beranggotakan sembilan memakai kompos cair dari sampah pangan
perempuan di RT 001 RW 003, Kelurahan dari rumah tangga. Hasil panen sayuran
Timuran, Kecamatan Banjarsari, Solo. yang sehat itu dijual.
Semua berawal ketika mereka tidak memiliki Butuh waktu tiga sampai empat bulan untuk
kegiatan saat pandemi Covid-19. Usaha memanen lele. Sayang, panen pertama
mereka seperti menjahit, laundri, membuat justru tidak laku dijual. Ukuran lele melebihi
galantin, dan toko sembako berhenti karena standar untuk hidangan di restoran.
ada kebijakan pembatasan sosial.
Tak mau rugi, mereka punya ide mengolah
Kemudian Ketua RT 001 RW 003, Kelurahan daging lele menjadi abon. Beruntung, pasar
Timuran, Nanik Muryani, 55, mengajak bisa menerima abon lele Lohjinawi.
sembilan perempuan warganya untuk
membudidayakan lele. Mereka membangun Jumlah produksinya terus bertambah hingga
dua kolam dari semen di sisa lahan yang seberat 80 kilogram setiap ada pesanan.
berada di kanan dan kiri gang di kampung Selain dari panen sendiri, lele diperoleh dari
mereka. peternak lele di Kabupaten Boyolali. Ada
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 125