Page 37 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 37
“Kata simbah, kalau nanam itu bisa buat “(Tanaman) padi sama (tubuh) aku, tinggi
nyaur (bayar) utang. Hasilnya memang (tanaman) padinya. Kalau padi sekarang
bagus,” kata Yohana, pendek-pendek,” kata Yohana.
lalu tertawa kecil. Beras dari padi lokal yang dimasak menjadi
nasi yang enak, pulen, wangi, dan ada rasa
Agar tumbuh subur, orang tuanya mengolah manis. Nasinya tak cepat basi, bisa awet
lahan dengan pupuk kandang. Kadang juga hingga 3-4 hari. Berbeda dengan nasi zaman
ditaburi abu sisa pembakaran kayu di tungku sekarang yang cepat basi.
dapur. Abu membuat tanah sawah gembur
dan mudah ditanami. Tetangga Yohana beda desa, pasangan
suami istri, Th. Harning Sulastri, 51 tahun
“Daun bekas bungkus tempe, sisa-sisa dan Archagius Subari, 54 tahun juga lahir
dapur, juga dibawa ke sawah. Jadi pupuk,” dari rahim petani. Saat kecil, Subari ingat
imbuh suaminya, bapaknya tak hanya mengolah tanah sawah
Suswanto, 63 tahun yang juga mengisahkan tadah hujan tiga petak. Ada pula tegalan
masa kecilnya di Ngaliyan. Bibit-bibit padi yang ditanami cabai dan jagung.
pun tumbuh, membesar dan berbulir. Kini, ia baru kepikiran. Bagaimana mungkin
Menurut ibu dua anak itu, padi-padinya bapaknya seorang diri bisa menggarap
jarang diserang hama, setidaknya hanya dua lahan yang berbeda karakteristiknya
burung dan tikus.
sekaligus, mulai dari menanam hingga
Yohana yang sering ikut mengurus sawah, memanen?
cukup mengusirnya dengan menggunakan “Mungkin karena musim kemarau dan
bambu yang dipotong dan dibelah tiga per penghujan masih stabil ya. Sesuai pranata
empat. Bilah bambu itu tak melukai karena mangsa,” duga Subari di rumahnya di Dusun
bunyi plok plok plok saat bambu digoyang Nyemani, Desa Sidoarjo, Kecamatan
akan membuat burung-burung itu terusik Samigaluh, Sabtu, 4 Mei 2024 pagi.
dan terbang menjauh.
Hal sama juga dilakukan bapaknya Harning.
Untuk mengusir tikus pun tidak perlu Ibu tiga anak itu menduga saat masuk musim
meracuninya. Ia dan bapaknya memasang penghujan, bapaknya mulai menggarap
kaleng bekas susu di aliran air dekat sawah sawah yang bergantung pada air hujan.
pada malam hari. Kaleng itu diikat karet Sembari menunggu masa matun (menyiangi
gelang pada bambu.
rumput), ia menggarap tegalan, lalu kembali
“Kalau malam, saat air mengalir, kalengnya ke sawah ketika masa menyiangi tiba.
bunyi thuk thuk thuk. Tikusnya pergi,” kata Sementara bapak mempersiapkan lahan
Yohana. saat kemarau. Kemudian hujan pertama
Umur padi lokal lebih panjang. Pada usia datang, bapak kembali menggarap tegalan
enam bulan, padi baru siap dipanen. Dalam dengan menanam jagung. Selesai uwur
setahun cukup dua kali tanam, dua kali (menanam), barulah menggarap sawah lagi.
panen. Postur tanaman padi pun tinggi-
tinggi sehingga membuat tubuh Yohana
tenggelam saat membantu orang tua
memanen dengan ani-ani.
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 37