Page 40 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 40
pohon di sekitar 600 mdpl Bukit Menoreh bisa untuk mengairi tanaman, apalagi
tak mampu menghalau cuaca panas di sana. memelihara ikan. Ia mengandalkan air bekas
cucian beras hingga air bekas bilasan cucian
Lahan tegalan Harning rusak. Saat kemarau, piring untuk menyiram aneka tanaman
tanah menjadi tandus dan retak-retak. sayur di pekarangannya.
Pohon cengkih mati kering karena akarnya
putus akibat dari tanah yang retak-retak. Akibatnya, ia tak menanam padi di sawah
tadah hujannya selama dua musim pada
“Cengkeh yang disawuri pupuk kimia, 2023. Ia baru mulai tanam lagi pada Januari
buahnya memang luar biasa. Tapi tidak 2024. Namun saat padi tengah meratak
panjang umur, kering. Cengkeh yang (bulir-bulir padi telah keluar), malah disikat
pakai pupuk kandang masih hidup, meski hama wereng batang cokelat.
tanahnya berkobang-kobang (retak-retak),”
papar Harning. “Tinggal (sisa) sedikit. Werengnya cepat
sekali nyerang. Sekarang alam semakin
Panas terik yang tiba-tiba tergantikan keras. Iklim genting, petani pontang panting,
hujan lebat, juga membuat tanaman jagung memang benar,” keluh Yohana.
yang ditanam Yohana tak bisa tumbuh 100
persen. Bagi warga Dusun Jogobayan, Desa
Banjararum, Kecamatan Kalibawang,
“Sekarang nanam jagung luar biasa pusing. Misidah, 55 tahun, mengatasi hama wereng
Pas di sini uwur, panas, nggak tumbuh. Nanti sangat sulit saat ini. Zaman simbahnya
hujan, disulami (ditanami lagi). Terus panas dulu, hama bisa diprediksi kapan datangnya,
lagi, nggak tumbuh lagi. Sudah berapa bibit, sehingga dapat dicegah. Waktu itu pola
saya tanam gagal terus,” keluh dia.
tanam masih sesuai dengan pranata mangsa.
Krisan yang tumbuh di sana juga tak lagi “Dulu nanam padi pakai musim, sekarang
berbunga tahun ini karena diserang hama. kan nggak pakai musim. Pakai peraturan
Bintik-bintik hitam pada sisi belakang pemerintah,” kata Misidah.
daun membuat daunnya menghitam, lalu
mengering. Hama juga menyerang tanaman Ia mencontohkan, setiap habis turun
cabai dan terong. hujan, hama wereng datang banyak sekali.
Kemudian petani menyemprot dengan
Ketersediaan air pun mulai jadi persoalan. pestisida pada pagi hari. Malam hari turun
Meskipun air melimpah saat penghujan, hujan lagi, pagi hari jumlah hama meningkat
tetapi sumber air bisa kering selama berbulan- lagi.
bulan saat kemarau panjang. El Nino 2023
menyebabkan beberapa tetangganya membeli Sementara petani yang mengendalikan
air seharga Rp100 ribuan lebih per tangki. hama dengan pestisida alami, seperti
menggunakan tetes tebu, justru membuat
Beruntung, Yohana sekeluarga masih bisa lengket dan disukai hama.
mendapatkan air bersih. Meskipun ia harus
memasang pipa sepanjang 500 meter untuk “Sekarang nggak bisa (menangkal pakai
mengalirkan air dari sumber air di hutan ke tetes tebu). Jadi organik dan nonorganik
rumahnya. kena semua. Cuma ketahanannya mungkin
yang beda,” imbuh Misidah.
Namun air dari hutan itu hanya bisa untuk
konsumsi sehari-hari keluarganya. Tak Rupanya hama wereng batang cokelat
40 Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim