Page 15 - PROFESI EDISI 1 TAHUN 2023
P. 15

II.  PEMBAHASAN                                     tampaknya  menghargai keberbedaan,  menerima
                                                              yang lain, sambil di saat yang sama tetap memberi
          A. Edik Nantes dan Toleransi Pasif
                                                              kategori,  standar serta batasan pada komponen
               Terdapat  sebuah  ungkapan  klasik  dari  sas-  yang lain itu (Zizek, 2017). Isyarat toleransi yang
          trawan Jerman abad ke-18/19, Johann Wolfgang        sifatnya  menjebak  tesebut  sederhananya  dapat
          Goethe, yang diutarakannya sebagai catatan kritis   dibahasakan  demikian:  “Saya menghargai dan
          atas praktik toleransi pasif dalam dokumen klasik   menerima yang lain. Namun ‘yang lain’ itu harus
          bernama Edik Nantes (Edikt von Nantes). Ungka-      sesuai dengan standar dan keinginan saya.” Ada
          pan tersebut berbunyi demikian: “Toleransi harus    semacam pengkategorian subjek ke dalam frame
          berkembang  menuju  pengakuan.  Memperboleh-        kami-mereka.  Frame ini sejalan  dengan skema
          kan adalah sebuah penghinaan.” Maklumat histo-      metapolitik yang dibawa  kelompok  ekstrimis
          ris Edik Nantes yang terbit di Prancis pada tahun   religius yang membagi manusia ke dalam skema
          1598 merupakan salah satu catatan  historis ter-    benar-salah atau skema kelompok yang suci  vis
          tua tentang toleransi. Maklumat ini disusun guna    a vis kelompok kafir: ada kelompok yang benar
          mengakhiri  konflik  antara  Gereja  Katolik  Roma   dan suci yang hidup sesuai dengan standar norma
          dan  Gereja  Protestan  yang  melanda  Eropa  pada   tertentu serta ada kelompok yang salah-kafir yang
          abad ke-16 dan 17. Pemerintah Prancis yang saat     tidak sesuai dengan standar norma yang benar.
          itu warganya adalah mayoritas penganut Katolik           Himbauan atau imperatif moral menurut logic
          Roma mengizinkan para penganut gereja reformis      toleransi pasif dengannya adalah pedang bermata
          untuk hidup dan tinggal di semua kota dan tempat    dua yang syarat akan paradoks. Di satu sisi, ajakan
          di  Prancis  (https://id.wikipedia.org/wiki/Maklu-  moralis  tersebut  bersifat  sejuk  dan  lembut.  Di
          mat_Nantes, diakses pada Januari 2023).
                                                              sisi lain,  imperatif  yang sama  kontra-produktif
               Sebuah cacat inheren dan ambivalensi laten     dan membatalkan  esensi terdalam  toleransi  itu
          terkait praktik toleransi versi Edik Nantes terse-  sendiri. Justru, bukan toleransi,  perdamaian  dan
          but. Di satu sisi, penguasa Prancis memberikan      harmonisasi yang dituju melainkan  produksi
          jaminan keamanan dan kebebasan terbatas kepada      kekerasan dan produk-produk intoleransi  baru
          kelompok minoritas. Namun, di sisi lain, jaminan    yang jauh lebih subtil.
          tersebut tak lain dari praktik kekuasaan represif
          yang terselubung. Hidup kelompok minoritas sa-      B. Pro-eksistensi dalam Keberagaman sebagai
          ngat bergantung pada kemurahan hati penguasa.           Solusi
          Untuknya, mereka harus membayarnya  dengan               Pada prinsipnya kemajemukan  itu bukan
          loyalitas terhadap penguasa. Ketika loyalitas atau   dicari-cari  atau  direkayasa,  melainkan  sebuah
          ketaatan itu luntur maka kebebasan penganut refor-  keterberian  atau  suatu  produk yang  given.  Un-
          mis tersebut dapat dicabut. Praktik toleransi versi   tuk itu, dari setiap kelompok partikular  dituntut
          Edik Nantes ialah penghinaan terhadap kebebasan     kemampuan  untuk mampu menerima  perbedaan
          asasi manusia (Otto Gusti, 2016). To-leransi tidak   dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk meru-
          dipahami sebagai hak setiap warga negara, tetapi    muskan  bonum commune  dalam aras kehidupan
          hadiah yang dihibahkan penguasa atau kelompok       bersama. Dalam merespon diktum keberagaman
          mayoritas yang sekali waktu dapat dicabut kem-      tersebut, sikap yang perlu diperkenalkan  adalah
          bali jika kaum minoritas bersikap berlebihan atau   pro-eksistensi yaitu sikap pro atau memihak pada
          menyinggung dominasi mayoritas.                     kehidupan dan bukan hanya ko-eksistensi (Nobert
               Pembacaan      secara   objektif   terhadap    Jegalus, 2011). Mengapa demikian?
          kebobrokan praktik toleransi  pasif dewasa               Ko-eksistensi adalah  hidup berdampingan
          ini  dapat  ditelusuri  dalam pendekatan  politik   dalam  perbedaan  secara damai  dan tidak saling
          multikulturalisme  neoliberal bernama  political    mengganggu.  Slogan  sikap  ko-eksistensi  seder-
          correctness: sebuah kaidah politik dan moral yang   hananya adalah ‘what’s yours is yours, what’s




                                                          ISSN 2085-8639
                                                          ISSN 2085-8639
                Profesi-Edisi 1, Th.18 Juli 2023          ISSN 2085-8639                      15
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20