Page 6 - Sinar Tani Edisi 4027
P. 6

6                        Edisi 21 - 27 Februari 2024  |  No. 4027  Tahun LIV



          Strategi Mengembalikan






          Kedaulatan Pangan











                                                  Banyak pekerjaan rumah (PR) yang pemerintah baru harus selesaikan

                                                  ke depan, termasuk persoalan pertanian dan pangan. Apalagi
                                                  tantangan dalam pembangunan pertanian kian banyak. Dari mulai kian
                                                  menyusutnya lahan pertanian hingga tekanan dari produk impor yang
                                                  sangat tinggi.







                  Esther Sri Astuti



                       irektur Eksekutif Insti-
                       tute For Development
                       of  Economics    and
                       Finance (Indef), Esther
                       Sri Astuti mengatakan,
       Dmasalah                     pangan
          di Indonesia tidak terlepas dari
          ketergantungan   terhadap   impor,
          tidak  hanya  untuk  beras,  tapi  juga
          untuk sayur-sayuran,  buah-buahan,
          dan bahkan garam.
            “Problem pangan di Indonesia
          kalau kita lihat banyak sekali impor.
          Impor tidak hanya beras saja tetapi
          juga sayur mayur, buah-buahan
          hingga garam,” katanya saat Diskusi   pangan, terutama terkait pupuk     rendah dan menyebabkan petani        maupun hutang yang berasal dari
          Arah Kebijakan Pangan Pasca Pemilu   yang sering langka, serta sarana dan   tidak mendapatkan harga yang layak.   KUR yang telah mereka cairkan
          di Jakarta, beberapa waktu lalu.    prasarana pertanian yang minim          Strategi keempat adalah alternatif   sebelumnya.
            Esther   menyoroti   data   dari  perlu diperbaiki.                    mata     pencaharian    (alternative    Esther        mengkhawatirkan
          Badan Pusat Statistik (BPS) yang       “Ini meliputi perbaikan dalam     livelihood).  “Petani  yang  sukses  dampak buruk dari kondisi tersebut
          menunjukkan peningkatan impor       distribusi pupuk agar tersedia bagi   perlu memiliki sumber pendapatan    terhadap   regenerasi   petani  di
          pangan dari tahun ke tahun, yang    petani dengan harga yang terjangkau,   tambahan,  selain  dari  hasil  panen   Indonesia. Bahkan saat  ini,  profesi
          jumlahnya cukup signifikan. Padahal   serta  peningkatan   infrastruktur  pertanian,”  katanya.  Jika  hanya  sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
          pada  tahun  1984,  Indonesia  berhasil   pertanian  untuk  mendukung    mengandalkan hasil panen, lanjut     atau pegawai swasta lebih banyak
          mencapai swasembada beras dan,      kegiatan pertanian secara efisien,”   Esther, petani dapat terperangkap   direkomendasikan orang tua petani
          bahkan   menerima    penghargaan    katanya. Untuk itu Esther me-        dalam pola ketergantungan yang       kepada anak-anak mereka.
          dari  FAO.  “Tapi  kita  lihat  sekarang   nekankan  perlunya  dorongan  dalam dan akan tetap miskin.            Esther menilai kebijakan peme-
          Indonesia jadi mengimpor beras,”    pemerintah    dalam   memperbaiki       Selama  ini dirinya melihat petani   rintah untuk mencapai swasembada
          ujarnya.                            regulasi dan infrastruktur tersebut.  sering kali harus mengutang dari    pangan hanyalah kebijakan populis
            Selain    itu,   Esther    juga      Strategi kedua adalah karak-      warung untuk memenuhi kebutuhan      yang   hanya   memberikan    solusi
          menunjukkan    perubahan   drastis  teristik   produksi    (production   sehari-hari. Kemudian,  ketika panen   sementara.  Bahkan  menurutnya,
          dalam  industri  gula.  Pada zaman   charac teristics).  Jadi,  bagaimana  tiba, mereka terpaksa menjual hasil   pemerintah lebih condong kepada
          Belanda,   Indonesia   merupakan    men dorong produksi agar petani      panen kepada tengkulak dengan        jalan pintas dengan mengimpor saat
          eksportir gula terbesar  keenam  di   tidak mengalami kesulitan. Esther   harga yang rendah.                  produksi dalam negeri kurang, tanpa
          dunia, namun sekarang termasuk      mencontohkan, kasus perkebunan          “Kenapa petani tetap miskin,      memikirkan langkah yang lebih
          dalam 10 besar pengimpor gula       kelapa sawit yang banyak dimiliki    karena hanya punya pendapatan        jauh untuk mencapai swasembada
          terbesar dunia.                     petani.                              saat panen, petani terjebak dalam    pangan secara berkelanjutan.
                                                 “Bagaimana    mendorong     per-  depth interlock. Karena tidak punya     “Contohnya, kalau beras produksi-
            Empat Strategi                    kebunan rakyat ini juga bisa ber-    penghasilan, sehari hari-hari ngutang   nya  kurang  maka  impor,  kalau
            Hal ini menjadi pertanyaan bagai-  kembang    setara  dengan    milik  dari warung, ketika panen menjual    gulanya kurang impor. Semuanya
          mana arah kebijakan dan transformasi   perusahaan. Kalau produksi sawit   ke tengkulak. Bagaiman mau kaya,”   diimpor. Ini kan kita tidak berpikir
          ekonomi pangan Indonesia. Karena    makin banyak, tentu ekspornya juga   tuturnya.                            panjang bagaimana kita melakukan
          itu, Esther menilai arah kebijakan   makin banyak, devisanya juga makin     Esther menambahkan, petani juga   swasembada  pangan,  baik itu beras
          pangan ini harus dikembalikan lagi   banyak,” kata Esther.               seringkali tidak dapat menyimpan     maupun yang lainnya,” kata dia.
          dengan empat strategi. “Terdapat       Strategi ketiga adalah karakteristik   uang hasil panen karena jumlah     Esther berpendapat bahwa arah
          empat strategi yang dapat dilakukan   pasar (market characteristics). Esther   yang diterima tidak mencukupi.   kebijakan pangan perlu dibalikkan
          untuk mencapai kedaulatan pangan,”   mengatakan,    terkadang   petani   Selain untuk memenuhi kebutuhan      agar tidak hanya bersifat temporer
          katanya.                            telah memproduksi, namun hasil       hidup sehari-hari, mereka juga harus   atau sementara. Artinya, pemerintah
            Pertama,    menciptakan    ling-  produksi  tidak memiliki pasar yang   menggunakan pendapatan tersebut     perlu    mengubah      pendekatan
          kungan    yang     memungkinkan     layak. Akibatnya, mereka terpaksa    untuk   melunasi   utang   mereka    kebijakan untuk lebih berkelanjutan
          (enabling environment). Esther ber-  menjual  hasil  produksi  kepada    kepada kreditur, baik itu utang yang   dalam  mencapai     swasembada
          pendapat, regulasi terkait kedaulatan   tengkulak  dengan  harga  yang   mereka pinjamkan kepada tetangga     pangan. Gsh/Yul
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11