Page 7 - Sinar Tani Edisi 4027
P. 7
7
Edisi 21 - 27 Februari 2024 | No. 4027 Tahun LIV
SAWIT
Komoditas Andalan
yang Menyimpan
PR Besar
Sawit menjadi salah satu komoditas pangan strategis, sehingga harus menjadi perhatian bagi
calon Presiden RI pada masa depan. Sebagai komoditas yang memberikan pemasukan besar bagi
negara, masalah yang menyelimuti komoditas sawit masih cukup besar. Ini Pekerjaan Rumah
bagi pemerintah.
V ice President Commu- replanting yang masih tersendat,
sehingga membutukan kebijakan
nication and Public
yang signifikan, terkait program
Affair
Astra
PT
peremajaan agar bisa berjalan.
Agro Lestari, Fenny
Hal tersebut membuat perusahaan
Sofyan
mengatakan,
12
dari
komoditas
dari pelaku industri sawit adalah
pangan strategis yang ditetapkan khawatir. Pasalnya, 40 persen lebih 3 juta lahan ha. Selain itu perlu kedepan dan apa strateginya.
pemerintah, hanya sawit yang tidak petani. Padahal bagi perusahaan, adanya pengembangan kebun “Perusahaan mau dibawa kemana,
pernah impor. Bahkan sebagai petani adalah mitra strategis untuk kelapa sawit, yang khusus yang petani mau dibawa kemana dan
produsen dan eksportir sawit menghasilkan produksi maksimal. didedikasikan kepada energi agar sinerginya seperti apa, juga adanya
terbesar dunia, Indonesia tidak hanya “Untuk menghasilkan buah yang tidak menurunkan ekspor. kebijakan mengenai harga dan stok”
bisa memenuhi kebutuhan pangan berkualitas diperlukan petani yang Mukti juga melihat, pupuk ungkap Fenny.
dalam negeri juga bisa memenuhi berkualitas juga,” katanya. masih menjadi masalah karena Selama ini menurut Fenny banyak
pangan dunia. Karena itu Fenny mengatakan, tidak ada lagi pupuk bersubsidi kebijakan yang sudah dilakukan
“Ketika ada export barrier dan banyak program-program yang untuk pekebun sawit, sehingga ber- dalam industri kelapa sawit untuk
krisis Ukraina-Rusia tahun 2022, didengungkan perusahaan bersama kontribusi pada stagnasi produksi. meyejahterakan petani, mulai dari
semua teriak karena mengancam dengan asosiasi petani bagaimana Namun menurutnya, penurunan pro- PIR-Trans di tahun 1896, kemudian
global food security. Itu menunjukkan meningkatkan produktifitas, tata duktivitas kelapa sawit juga terjadi ada partnership program petani di
betapa pentingnya industri sawit kelola dan lain sebagianya. Bahkan negara lainnya seperti Malaysia. sekitar perkebunan sawit. Lalu ada
Indonesia bagi kebutuhan pangan antar anggota GAPKI dengan petani “Ini mengindikasikan perlu plasma yang kebijakannya 20% dari
dunia,” katanya saat Diskusi Arah di sekitaran ada program kemitraan. adanya intervensi dalam budidaya luas tertanam.
Kebijakan Pangan Pasca Pemilu di Sementara Mukti Sardjono, kelapa sawit melalui introduksi “Terbaru program replanting,
Jakarta, beberapa waktu lalu. Direktur Eksekutif Gabungan Peng - varietas baru dan inovasi lain salah sejak tahun 2021 perusahaan boleh
Fenny memberikan catatan yang usaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) satunya serangga penyerbuk yang berperan dalam program tersebut,”
harus menjadi perhatian pemeritah juga menilai, realisasi replanting mana GAPKI tengah menginisiasi tambah Fenny seraya berharap
kedepan adalah produktifitas melalui program Peremajaan Kelapa introduksi dari Afrika,” tuturnya. pemerintah bisa merangkul
sawit yang stagnan dalam 5 tahun Sawit Rakyat masih sangat rendah, perusahaan dan membuat kebijakan
belakangan. Sawit telah berkembang sehingga belum memberikan Kepastian Investasi one stop service. “Satu kebijakan
sejak tahun 1980-an, kemudian dampak yang signifikan dalam Pada kesempatan itu Fenny yang strategis, satu pintu dan lebih
adanya program PIR tahun 1986 mening katkan produksi. “PSR juga mengungkapkan, perusahaan terencana,” ujarnya.
sawit semakin berkembang. “Itu dananya sudah disediakan sawit saat ini masih menghadapi Data GAPKI, devisa ekspor minyak
sudah 38 tahun lalu, dan sekarang BPDPKS, namun rekomentek masih ketidakpastian dalam investasi sawit tahun 2022 mencapai 39,07
kenapa kita masih bergelut pada terbatas, meskipun BPDPKS sudah karena kebijakan yang tidak pasti. miliar dollar AS tertinggi sepanjang
masalah produktifitas dan produksi menggelontorkan sebanyak Rp 8 Padahal sawit telah memberikan sejarah, sementara tahun 2023
yang stagnan saat ini,” ujarnya. triliun untuk peremajaan,” katanya. sumbangsih yang luar biasa kepada sekitar 25,58 miliar dollar AS. Ekspor
Kondisi tersebut menurut Fenny Mukti melihat, salah satu faktor- devisa negara, bahkan menjadi tidak lagi bahan baku CPO. Tahun
tidak lepas karena edukasi yang nya lambatnya realisasi adalah produsen CPO terbesar di dunia. 2019 ekspor dalam bentuk CPO masih
kurang terhadap petani terkait bibit, legalitas lahan. Misalnya, ada lahan Alasannya, saat ini banyak sebanyak 7,4 juta ton, tapi tahun 2022
pupuk hingga tata kelola. Akhirnya pekebun yang sudah yang mem- Kementerian/Lembaga yang bentuk CPO sebanyak 3,4 juta ton,
saat pemerintah melakukan program punyai sertifikat, namun kemudian meng urusi sawit. Ada 30 lebih sisanya dalam bentuk refinery.
replanting (peremajaan sawit), petani dinyatakan masuk kawasan hutan Kementerian dan Lembaga dalam Lalu pada tahun 2023 ekspor CPO
beralasan sayang, karena masih mau atau tumpeng tindih dengan HGU. mengurus tata kelola sawit. “Bagi hanya 2,6 ton juta ton, sementara
berbuah, tidak punya uang dan lain “Harga sawit yang cukup bagus investasi itu sangat mengganggu, refinery palm oil sebanyak 19,7 juta
sebagainya. membuat petani enggan meremaja- juga adanya kebijakan yang tupang ton, oleochemical sekitar 3,8 juta ton.
kan,” ujarnya. tindih,” katanya. Jadi ekspor tidak lagi bahan baku
Peremajaan Sawit Rakyat Untuk itu ia menilai, perlu Fenny berharap kedepan ada CPO, tapi produk lainnya. Dengan
Fenny menilai, pentingnya adanya peningkatan realisasi kebijakan satu pintu terkait industri negara tujuan utama antara lain
replanting bagi produktifitas sawit PSR dan penyelesaian masalah kelapa sawit. Selain itu juga adanya China, India, Pakistan, Timur Tengah,
tanah air. Namun ia menyayangkan lahan khususnya kebun sewit di road map, mau dibawa kemana Banglades dan Uni Eropa.
hingga kini implementasi program lahan hutan yang luasnya sekitar industri sawit 10 atau 50 tahun Herman/Yul