Page 145 - just duit_Spread
P. 145
Andaikan koruptor di Indonesia belum bisa terjangkau hukum
dunia, sebenarnya praktek korupsi itu bisa terkena hukum rohani
akibat dikutuki orang yang dikorupsi. Itulah sebabnya jika ada ok-
num yang makan suap biasanya mereka berkata, "Iklas yaa?" Karena
terpaksa, korban akan menjawab, "Iklaslah!" Namun tetap, uang itu
adalah uang haram, yang disumpahin orang.
Di sebuah klinik pengobatan, saya pernah bertemu dengan se-
orang pasien yang punya penyakit tidak sembuh-sembuh sekalipun
telah berobat ke dokter maupun melakukan pengobatan tradisional.
Katanya, ia kena guna-guna, namun ketika dibawa ke 'orang pintar'
juga tidak bisa diobati. la bercerita bahwa ia dulu adalah petugas di
departemen 'basah' yang sering mendapat uang 'pungli', namun ia
mengaku sudah 'bertobat.' Karena itu ia heran, mengapa ia bisa
mendapat penyakit aneh ini.
Menurut saya, penyakit orang itu akibat sumpah serapah orang-
orang yang dipungli olehnya, dan sekalipun sekarang ia sudah ber-
tobat, namun tetap saja akibat dosanya hams ia jalani, sebab menu-
rut hukum alam maupun rohani, "apa yang ia tabur akan ia tuai."
Dalam hal koruptor, jika ia mau terbebas dari akibat perbuatan
jahatnya ketika bertobat, sekalipun hukum belum bisa menjangkau
dia (karena tidak ada bukti otentik yang bisa menjeratnya) dan seka-
lipun tidak ada orang yang menggugatnya, seharusnya ia mengem-
balikan uang haram tersebut kepada masyarakat melalui badan amal
misalnya. Sebab, jika yang dimaksud bertobat adalah berhenti ko-
rupsi karena sudah kenyang (kaya raya) dan menggunakan uang ha-
ram itu untuk usaha halal, hal itu tidak akan membebaskan dirinya
dari akibat dosa; bahkan jika ada undang-undang Anti Money
Laundering, ia pun bisa dijerat hukum!
Pertobatan tidak cukup dengan ucapan sesal dan berhenti dari
praktek itu, tetapi sedapat mungkin harus "mengembalikan" apa-apa
yang diambil dengan tidak sah. Sebab jika pertobatan cukup dila-
kukan dengan ucapan dan berhenti dari praktek lama, betapa nik-
matnya berbuat dosa: jika sudah kenyang tinggal mengaku bertobat!
Ingatlah, siapa pun juga yang menabur angin akan menuai badai, ce-
pat atau lambat, sekarang atau kelak.
129

