Page 13 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 13
12
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab semakin meluasnya
tindak pidana perdagangan orang di Indonesia. Salah satu diantaranya
adalah disparitas putusan sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana
perdagangan orang. Dari beberapa kasus perdagangan perempuan yang
telah diproses di pengadilan berdasarkan laporan Kepolisian Republik
Indonesia (Keppres RI) Tahun 2000 tercatat 1.683 kasus dan diajukan ke
pengadilan sebanyak 1.094 kasus dari delapan kota di Indonesia yang
17
cenderung semakin meningkat . Perbedaan atau disparitas sanksi (penjara
dan denda) dalam teori hukum pidana (kriminologi) dapat menjadi faktor
kriminogen yang perlu diteliti dalam rangka penegakan hukum
pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Selain itu, rumusan
elemen-elemen perbuatan pidana yang menjadi norma hukum diasumsikan
belum memiliki validitas yang mampu mendukung pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (TPPO) sebagai extra ordinary crime. Asumsi
ini jika dianalisis dampak dan skala serta cara pengorganisasiannya semakin
meningkat, meluas dan lintas antar negara. Peningkatan kejahatan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dalam masyarakat merupakan isu
hukum yang perlu diteliti. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan atau
penggolongan sebagai kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime.
Orientasi peningkatan kualifikasi Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
dari kejahatan biasa (non extra ordinary crime) menjadi kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) diperlukan penelitian yang secara komprehensif
17 Lihat laporan Kepolisian RI tahun 2000-2001 beberapa pengadilan negeri Jakarta,
Surabaya, Medan, Bandung, Padang, Bali Manado, Makassar, dikemukakan oleh Mutiara
Hikmah, dalam Seminar Nasional, Tentang Hak-Hak Perempuan, 21 Januari 2009.