Page 107 - S Pelabuhan 15.indd
P. 107

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            itu sangat mengganggu pelayaran masuk menuju bandar. Sebuah catatan tertulis

            menginformasikan: “Teluk dapat dimasuki melalui tiga “terusan” sehingga kapal dari
            terhindar dari pulau dan gosong-gosong pantainya. Terusan yang satu dinamakan
            Surat yang dilalui kalau mau berlayar ke Gujarat. Terusan kedua dinamakan Benggali
            yang dilalui ketika akan berlayar ke pantai timur India. Kemudian terusan ketiga

            tidak mempunyai nama, yang dilalui ketika akan berlayar ke Melaka.

            Apabila para pelaut sudah berhasil sampai ke teluk tersebut (tergantung kedatangannya

            dari arah mana), bukan berarti pelayaran menuju Bandar Aceh sudah aman, karena
            harus memilih terusan mana yang hendak dilalui. Beaulieu menulis: “Masih
            memerlukan 8 hari lagi sebelum bisa merapat, padahal jauhnya hanya sekitar 4 mil
            untuk sampai ke darat …., tetapi kami nekat ingin lewat terusan yang paling dekat

            dengan daratan dan yang kami lihat satu-satunya yang terbuka, dan yang kami lihat
            satu-satunya yang terbuka, tetapi di terusan itu kami disambut angin keras dari arah
            tenggara yang bertiup langsung dari haluan sehinga kami kehilangan sebuah jangkar”.
            Dari gambaran para pelaut tersebut, jelas bahwa untuk memasuki Bandar Aceh harus

            melalui teluk dan terusan yang berbahaya bagi pelayaran, tetapi entah mengapa para
            pelaut dan saudagar mau berkunjung ke Aceh. Ini mungkin disebabkan karena faktor
            sumberdaya alam yang merupakan komoditi perdagangan, dan untuk menambah
            perbekalan sebelum melanjutkan pelayaran yang jauh (kecuali mungkin ke Melaka

            ada faktor lain).





            5.4.2 Barus


            Barus, sebagaimana diberitakan oleh Ptolemy, merupakan sebuah pelabuhan kuno
            yang telah ada pada abad pertama Masehi. Dalam bukunya Geographyke Hyphegesis
            Barus disebut dengan nama Barousai (Ambary 1990, 57). Beberapa penulis asing
            separti penulis Arab menye butkan bahwa pada abad ke-10 Masehi, Barus sudah

            menjadi ba gian dari Śrīwijaya. Ada kepastian bahwa Barus pada masa lampau
            merupakan sebuah pelabuhan yang terletak di pantai barat Sumatera dan sering
            di kunjungi saudagar asing, terutama saudagar yang datang dari arah barat (India,
            Persia, dan Timur Tengah). Di pelabuhan ini diperdagang kan barang-barang komo-

            diti dari Cina, antara lain keramik dan manik-manik kaca, dari Timur Tengah antara
            lain gelas kaca dari Persia dan Iraq (Ambary 1979). Berdasarkan penelitian arkeologi
                                                                                                                95
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112