Page 247 - S Pelabuhan 15.indd
P. 247
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Para pelaut Makasar merupakan penangkap tripang yang terkenal di wilayah
laut-laut dangkal di kepulauan Aru, Irian, pantai-pantai Pulau Flores, Timor, Roti,
Bonerate dan lain sebaginya. Namun tripang yang berkualitas baik terdapat di pantai-
pantai karang di pantai utara Australia, sehingga tidak heran para pelaut Makasar
kemudian diikuti oleh nelayan Bugis dan Mandar. Mereka melakukan pelayaran
yang cukup jauh menuju pantai utara Australia dengan melewati kepulauan di
Nusa Tenggara. Dengan demikian kawasan laut, teluk, dan selat di Nusa Tenggara
Timur, seperti Laut Sawu, Laut Flores, Selat Solor, Selat Wetar, Selat Lewotobi, Selat
Ombaii, Teluk Kupang, dan Teluk Waingapu, merupakan jalur pelayaran ramai. Jalur
pelayaran yang sering dilalui oleh perahu-perahu Bugis, Makasar, Mandar, Buton,
dan lain sebagainya untuk berdagang dan atau menjadikan daerah-daerah tersebut
persinggahan sebelum menuju ke perairan Australia utara. Selain mencari tripang
mereka juga mempersiapkan perbekalan dan lain-lain kebutuhan untuk pelayaran
dan persiapan untuk berlayar ke Australia Utara untuk mencari tripang. Banyak
kampung-kampung Bugis dan Makasar yang berada disekitar pelabuhan seperti Reo,
Pota di utara Manggarai, Waingapu di Sumba Timur, Baa di Roti, Seba di Sawu dan
Kupang di Timor. Mahalnya harga tripang kualitas terbaik dari perairan Australia
Utara, mengakibatkan banyak perahu nelayan dan pedagang yang mencari tripang
dengan melintasi wilayah Laut Sawu dan sekitarnya menuju ke perairan Australia
Utara. Sumber-sumber yang meyakinkan tentang berita kehadiran perahu-perahu
Bugis-Makasar dan yang lainnya di Teluk Carpentaria, Australia Utara adalah laporan
perjalanan Th omas Forrest pada tahun 1792. Forrest mendapat keterangan dari orang
Bugis yang sering berlayar dengan padewakangnya ke New Hollandia (Australia),
untuk mencari tripang (Cense dan Heeren 1972, 10-11).
Namun berita yang lebih lengkap berasal dari Matthew Flinders yang mengunjungi
Teluk Carpentaria dalam tahun 1802 dan 1803. Dari pengamatan Flinder, terdapat
bukti kehadiran banyak manusia di pulau-pulau kecil yang ada di Teluk Carpentaria,
seperti sisa bangunan, sisa perapian, bagian-bagian kapal, dan bermacam barang
anyaman bambu. Setelah berlayar sekian lama, tanggal 17 Pebruari 1803 di laut
sekitar Tanjung Wilberforce, kapal Flinders bertemu dengan sekelompok perahu
Melayu yang berjumlah enam buah. Pemimpin armada perahu yang ternyata berasal
dari Sulawesi Selatan itu bernama Pu’ Baso’ yang sedang mencari tripang. Menurut
Pu’ Baso’, rombongan perahu Bugis ini keseluruhan berjumlah 60 buah perahu yang
235