Page 244 - S Pelabuhan 15.indd
P. 244
Pelabuhan Makasar
awal abad ke-20
Peran para pedagang Bugis-Makasar yang melayari beberapa pulau di kepulauan Sunda
Kecil atau Nusa Tenggara sedah lama berlangsung sejak abad ke-16-17. Diaspora
sukubangsa Makasar dan Bugis, juga merambah ke wilayah di selatan jazirah Sulawesi
Selatan. Sejak abad ke-16 orang-orang Bugis-Makasar sudah hadir di kepulauan
Sunda Kecil, dan pada abad ke-19 perahu-perahu Bugis-Makasar membawa barang-
barang dari Singapura untuk dijual di Bali, Lombok, dan Sumbawa. Mereka juga
mempertukarkan hasil dari Jawa ke Nusa Tenggara dan juga sebaliknya. Dominasi
kapal-kapal Bugis-Makasar ini cukup kuat karena tidak banyak penduduk setempat
yang memiliki armada kapal pinisi milik orang Bugis-Makasar (Horridge 1981,17).
Orang Bali misalnya hanya memiliki jukung yang tidak dapat berlayar jauh. Sedangkan
kapal-kapal Bugis-Makasar atau pinisi dapat mencapai berat 30 ton bobotnya.
Selain itu kapal-kapal Bugis-Makasar ini juga menyelundupkan senjata dan opium yang
dimonopoli perdagangannya oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Perdagangan
budak juga merupakan mata dagangan yang diperjualbelikan oleh pedagang Bugis-
Makasar. Kapal-kapal Bugis-Makasar ini juga seringkali melakukan perompakan
terhadap kapal-kapal asing dan juga daerah-daerah yang bisa mereka rampas dan
juga untuk mendapatkan budak. Kadang-kadang sekelompok pelaut Bugis-Makasar
juga membantu penguasa-penguasa setempat untuk melawan penguasa lain. Seperti
232
yang terjadi di Bali, ketika Badung dan Tabanan menyerang Jembrana, Kerajaan