Page 241 - S Pelabuhan 15.indd
P. 241

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            imitasi tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan lokal. Orang Bugis dan Makassar

            menciptakan sendiri alphabet untuk membuat bahasa mereka sebagai simbul yang
            mudah dipahami oleh semua kelompok pedagang baik untuk kepentingan hukum
            maupun bisnis. Mereka memiliki alphabet yang relatif sama meskipun bahasanya
            sangat berbeda.


            Kemajuan yang di capai Makassar dengan sistem perdagangan ‘bebas’ menjadi
            ancaman VOC yang sedang bergiat untuk menegakkan sistem monopoli perdagangan

            rempah-rempah di Nusantara. Para pedangan Makassar mampu menembus monopoli
            Belanda yang telah ditegakkan di Maluku. Berpuluh-puluh tahun Belanda menunggu
            waktu yang tepat untuk menduduki Makassar. Baru pada akhir tahun 1660-an VOC,
            dengan bantuan Bone, berhasil menguasai perairan ini dengan cara menghancurkan

            secara langsung kekuatan kerajaan gabungan Gowa-Tallo dan  Wajo. Meskipun
            perang Makassar telah berakhir dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1669, namun
            perseteruan di antara dua pihak masih terus berlangsung. Apalagi  VOC selalu
            berusaha untuk mencegah setiap usaha untuk membangkitkan kembali kekuasaaan

            Bugis-Makassar di manapun.

            Meskipun masih terjadi perlawanan pada tahun 1668 untuk menentang perjanjian

            tersebut, namun kekuatan VOC dapat menindasnya dan perjanjian disahkan kembali
            tahun 1669. Dengan adanya pemaksaan monopoli ini perdagangan Makassar
            memudar dan lesu. Hal ini juga berarti bahwa jaringan perdagangan Makassar yang
            telah berkembang lebih dari satu abad sebelumnya menghadapi tantangan yang berat.


            Monopoli VOC ternyata tidak bisa membuat Makassar lebih berkembang dan juga
            tidak membuat Belanda bisa sepenuhnya mengontrol perdagangan rempah-rempah.
            Belanda tidak mampu melawan arus perdagangan bebas di kawasan ini. Setelah

            mengalami kegagalan dan klarasikan ditambah lagi dengan munculnya Singapura
            sebagai pelabuhan bebas yang menyedot perdagangan Hindia Belanda, maka pada
            tahun 1846 Makassar dideklarasikan sebagai pelabuhan bebas dan diproyeksikan
            menjadi pelabuhan utama di kawasan timur Indonesia yang dapat menandingi

            dominasi perdagangan Singapura. Setelah hampir dua abad terkungkung dalam
            belenggu monopoli  VOC, akhirnya Makassar kembali memperoleh karakternya
            sebagai pelabuhan internasional sebagaimana yang pernah dialami pada masa pra-
            kolonial. Selama dibuka sebagai pelabuhan bebas, terjadilah ekspansi armada yang

                                                                                                               229
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246